PALANGKA RAYA, makansedap.id – Jalan-jalan ke Kotawaringin Barat (Kobar), Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), rasanya belum lengkap rasanya kalau belum mencicipi kuliner, coto menggala.
Coto menggala berbeda dengan soto-soto di daerah lain. Sebab, makanan ini berbahan dasar singkong atau biasa disebut menggala.
Makanan ini memiliki kuah yang kental atau pekat, sehingga terasa padat di mulut saat disantap. Coto menggala yang kental berasal dari sari pati singkong yang biasa jadi bahan baku pembuatan tepung tapioka.
Juhranati, salah satu penjual coto menggala yang berlokasi di Kelurahan Mendawai mengatakan, kuah coto menggala tidak berasal dari kaldu ayam atau daging, tetapi berasal dari sari pati singkong sehingga memilik kuah yang kental.
“Dahulu biasanya coto menggala itu dipadukan dengan daging atau kulit rusa. Tapi, karena saat ini susah didapat, diganti dengan ceker atau sayap ayam, dan juga udang,” ujar Juhranati dalam keterangan resmi yang diterima makansedap.id, Sabtu, 26 November 2022.
Coto menggala, ujar Juhranati, biasanya menjadi menu yang selalu disajikan pada bulan puasa atau Bulan Ramadan untuk berbuka puasa. Hal tersebut dikarenakan cara pembuatan coto menggala lebih mudah dan bahan bakunya gampang didapat.
“Biasanya menu saat berbuka, sehingga cepat kenyang namun tidak bikin terlalu kenyang, sehingga setelah Sholat Tarawih baru menyantap makanan berat dari nasi,” kata Juhranati.
Juhranati mengemukakan, beberapa bahan untuk mengolah coto menggala yakni singkong yang tidak terlalu tua, garam, jahe, cengkeh, dan sedikit penyedap rasa.
“Singkong yang digunakan harus yang muda, agar tidak keras saat direbus dan dimakan, dan juga untuk menghasilkan hasil yang pas,” ujar Juhranati yang sudah berjualan sejak 2011 di depan Kelurahan Mendawai.
Promosi Coto Menggala
Dalam kesempatan terpisah, Dinas Pariwisata Kotawaringin Barat (Kobar), Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) menggencarkan promosi wisata kuliner kas daerah setempat, salah satunya makanan coto menggala.
“Pada 2020, coto menggala pernah dinobatkan sebagai makanan tradisional terpopuler dalam ajang Anugerah Pesona Indonesia 2020. Kami terus mempromosikan kuliner ini agar semakin dikenal masyarakat Indonesia,” kata Kabid Pemasaran Dinas Pariwisata Kobar, Bambang Sigit Purnomo di Pangkalan Bun, Kalteng.
Promosi itu dilakukan melalui berbagai cara seperti promosi secara langsung kepada wisatawan, media sosial atau pun bekerja sama dengan para pelaku usaha pariwisata baik hotel atau agen perjalanan wisata.
“Bahkan, secara khusus, upaya mengenalkan makanan khas Kobar ini juga menyasar wisatawan asing,” kata Sigit.
Caranya, kata Sigit, adalah dengan menjadikan kuliner tersebut disajikan di kelotok wisata yang digunakan wisatawan saat berkunjung ke Taman Nasional Tanjung Puting atau pun saat susur sungai di Sungai Arut.
Tinggalkan Balasan