JAKARTA, Makansedaps.id – Faktor ketenangan dan perencanaan menjadi kunci penting apabila tersesat di gunung.
Demikian penjelasan Eka Bama Putra, salah satu pendiri Elpala SMAN 68 Jakarta, dalam keterangan resmi yang diterima Makansedap.id, Sabtu, 28 Juni 2025.
Pendaki yang telah menggeluti dunia pendakian sejak 1986 ini menegaskan, kunci utama saat mendaki adalah menerapkan prinsip STOP, yaitu Sit, Thinking, Observation, Planning.
“Kalau tersesat, jangan panik. Duduk dulu, pikirkan langkah berikutnya, amati sekitar, lalu rencanakan jalan keluar,” jelas Eka Bama Putra.
Apabila kehilangan arah, kata Eka Bama Putra, pilihan terbaik adalah kembali ke arah puncak. Jalur utama atau titik orientasi lebih mudah ditemukan dari sana ketimbang nekat turun ke jurang atau lembah.
Eka Bama Putra juga mengingatkan, soal batas daya tahan manusia di alam liar. Seseorang umumnya mampu bertahan tiga hari tanpa air. Sedangkan, lebih dari satu minggu tanpa makanan, masih bisa bertahan asalkan ada sumber air.
Namun, jika mengalami cedera parah seperti patah tulang, daya tahan tubuh akan turun drastis, bahkan hingga 30% per hari.
“Dengan kondisi luka serius, apalagi di pegunungan yang ekstrem, peluang bertahan hidup hanya hitungan hari jika tak segera mendapat bantuan,” ujar Eka Bama Putra.
Pengalaman SAR Elpala
Eka Bama Putra tak sekadar berbicara teori. Dia pernah terlibat langsung dalam operasi anggota Elpala, Yudha Sentika yang hilang pada 1990.
Saat itu, Eka Bama Putra dipercaya menjadi koordinator pencarian bersama pendaki legendaris Mapala UI, Norman Edwin.
“Pencarian kami berlangsung lebih dari sebulan, tapi sayangnya Yudha Sentika tak pernah ditemukan. Itu jadi pengalaman pahit, sekaligus pelajaran penting soal pentingnya persiapan dan kewaspadaan,” ungkap Eka Bama Putra.
Keindahan gunung selalu diiringi risiko. Oleh sebab itu, pengetahuan navigasi, survival, dan kesiapan mental adalah hal mutlak bagi siapa pun yang ingin menikmati alam bebas dengan aman.