JAKARTA, Makansedap.id - Indonesia merupakan negeri yang tumbuh dari akulturasi beragam budaya. Akulturasi merupakan proses ketika dua atau lebih kebudayaan yang berbeda bertemu dan saling memengaruhi satu sama lain, tanpa menghilangkan identitas asli masing-masing.
Jejak perpaduan budaya ini dapat dilihat dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, mulai dari kuliner, busana, bahasa, musik, hingga arsitektur yang hadir mewarnai kehidupan masyarakat.
Dalam dunia kuliner, ada pada soto betawi, salah satu makanan ikonik asli Jakarta yang kuah santannya terkenal kental dan gurih.
Soto Betawi memang dikenal sebagai kuliner khas Jakarta, tetapi siapa sangka bahwa hidangan ini sebenarnya lahir dari proses akulturasi dengan Budaya Tionghoa.
BACA JUGA:Aroma Kenangan dalam Semangkuk Soto Betawi Bang Joe
Asal Muasal Soto Betawi
Jika membahas Soto Betawi, penting untuk memahami terlebih dahulu bagaimana hidangan soto masuk ke Indonesia. Prosesnya tidak terlepas dari kedatangan para imigran Tionghoa ke Batavia yang kini Bernama DKI Jakarta pada abad ke-18.
Saat itu, mereka memperkenalkan salah satu kuliner khas Tionghoa bernama caudo, yakni makanan berkuah dengan isian daging babi. Seiring dengan berjalannya waktu, isian caudo diganti dengan daging sapi atau ayam, menyesuaikan dengan mayoritas penduduk Indonesia yang beragama Islam.
Dari proses adaptasi inilah banyak masyarakat Indonesia yang kemudian memodifikasi caudo menjadi soto-soto lokal yang kita ketahui saat ini.
Seperti dilansir Antaranews.com yang dibaca Makansedap.id, Rabu, 3 Desember 2025, istilah soto sendiri berasal dari bahasa Tiongkok dialek Hokkien, caudo yang berarti jeroan atau babi yang dimasak dengan rempah-rempah.
BACA JUGA:Chef Devina Hermawan Ungkap Resep Rahasia Soto Betawi Ayam
Soto betawi merupakan salah satu hasil modifikasi tersebut, diperkaya oleh rempah dan bahan lokal untuk menyesuaikan selera masyarakat Betawi di Jakarta.
Nama Soto Betawi baru dikenal pada akhir 1970-an dan diperkenalkan pertama kali oleh seorang keturunan Tionghoa bernama Lie Boen Po. Dia menjual soto ini di warungnya yang berlokasi di Taman Hiburan Rakyat Lokasari, Jakarta.
Namun, istilah Soto Betawi mulai dikenal umum ketika Lie Boen Po menutup warungnya pada 1991. Sejak saat itu, Soto Betawi menjadi populer di Jakarta dan kota lain di Indonesia.
Terdapat pula sumber yang mengatakan bahwa Soto Betawi merupakan hasil akulturasi dengan India. Hal ini berdasarkan dari Soto Betawi yang memiliki ciri khas rasa ghee, mentega dari India yang digunakan untuk memberikan rasa gurih.