“Menurut berbagai penelitian hipertensi ditemukan pada 60-70% kasus stroke. Hipertensi akan menyebabkan kerusakan endotel dinding pembuluh darah arteri yang akan menginisasi proses atherosklerosis,” ucap dr Eka Harmeiwaty Sp.S.

Menurut dr Eka Harmeiwaty Sp.S, dinding pembuluh darah akan rusak dan mempermudah partikel untuk saling menempel dan membentuk plak yang terkadang bersifat tidak stabil dan sewaktu-waktu bisa lepas menuju distal, sampai akhirnya menyumbat pembuluh darah yang berujung terjadinya penyempitan lumen pembuluh darah.

“Kedua kondisi ini akan menyebabkan aliran darah ke otak terganggu dan terjadilah stroke iskemik. Selain menyebabkan penyumbatan aliran darah, hipertensi juga menyebabkan terjadinya pendarahan di otak, lipohialonosis pembuluh darah arteri berukuran kecil, sehingga menipis dan pecah,” kata dr Eka Harmeiwaty Sp.S.

Oleh karena itu, dr Eka Harmeiwaty Sp.S menyarankan sebagai bentuk upaya preventif terhadap kerusakan syaraf, bagi masyarakat yang memiliki hipertensi untuk menurunkan tekanan darah sesuai target yang telah ditentukan serta mengontrol variasi kenaikan tekanan darah dalam waktu 24 jam, terutama di pagi hari dengan melakukan intervensi gaya hidup dan medikamentosa.

Kemudian bila terjadi stroke, harus segera dibawa ke rumah sakit yang memiliki fasilitas yang memadai. Sebab pada kasus stroke iskemik, akan dilakukan trombolisis intravena dalam kurun waktu empat jam tiga puluh menit setelah waktu emas penanganannya.

Sementara, pada kasus pendarahan kecil perlu dilakukan tindakan konservatif dan untuk pendarahan yang luas dibutuhkan tindakan operasi untuk mengevakuasi pendarahan. Jika dibutuhkan, pasien bisa saja dipasang drainage atau VP shunt.

“Bagi pasien hipertensi yang mengalami gangguan kognitif dan demensia harus mendapat terapi khusus termasuk berbagai latihan dengan tujuan memperlambat penurunan fungsi dan memperbaiki kualitas hidupnya,” kata dr Eka Harmeiwaty Sp.S. (rw)

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS