JAKARTA, Makansedap.id – Pengamat hukum dan budaya, R. Jossi Belgradoputra mengungkapkan, musisi Indonesia Dody Satya Ekagustdiman memiliki hubungan profesional yang sangat dekat dengan Prof Dieter Mack.
Dody Satya Ekagustdiman adalah sosok musisi, komposer asal Indonesia yang telah menyumbangkan banyak karya yang merefleksikan kedalaman pemikiran dan keberanian dalam bereksperimen.
Sedangkan, Prof Dieter Mack merupakan pria kelahiran Jerman pada 1954 silam. Beliau menimba ilmu di Universitas Musik Freiburg pada 1975-1980. Dia juga pernah melakukan studi pendek di Bali dan menjadi dosen dalam beberapa bidang ilmu di Universitas Musik Freiburg, di antaranya teori musik, improvisasi dan gamelan Bali.
Prof Dieter Mack juga menjadi dosen tamu di berbagai negara dan salah satunya di Indonesia yaitu di Universitas Pendidikan Indonesia.
Bagi Prof Dieter Mack, proses pembelajarannya bisa diketahui dari musik yang didengar sesuai dengan apa yang telah dipelajari, tetapi tabu dengan musik baru yang sebelumnya tidak pernah dipelajari.
Pentingnya mempelajari Sejarah Analisis Musik Barat, kata Prof Dieter Mack, adalah dapat mengetahui ciri khas dan perkembangan musik dari waktu ke waktu. Mulai dari Abad Pertengahan, Zaman Renasaisans, Periode Barok, Periode Klasik, sampai pada Aliran Romantik.
Sebab, dalam perkembangannya terdapat banyak sekali perbedaan seperti pola ketukan dan yang paling mencolok yaitu perbedaan suasana yang tercermin dalam musik dari waktu ke waktu.
“Begitu pula dengan Dody Satya Ekagustdiman. Perjalanan pendidikan musiknya dimulai dengan eksplorasi pada musik tradisional dan berlanjut ke pendidikan formal di bidang musik klasik dan kontemporer, memberikan dasar yang kokoh bagi pendekatan artistiknya yang unik dan kaya,” ujar R. Jossi Belgradoputra kepada Makansedap.id, Minggu, 22 Desember 2024.
Dody Satya Ekagustdiman, kata R. Jossi Belgradoputra, memulai perjalanan musikalnya dari lingkungan budaya Sunda, tempat dia bertumbuh dan mengembangkan apresiasi mendalam terhadap musik tradisional Indonesia, khususnya gamelan Sunda.
“Ketertarikannya pada musik tradisi ini menjadi fondasi awal yang kemudian dia kembangkan dalam karya-karya modernnya,” ujar R. Jossi Belgradoputra.
Keterlibatannya dengan musik daerah dan interaksinya dengan seniman tradisi memberikan pemahaman mendalam tentang estetika musik Nusantara, termasuk penggunaan instrumen tradisional seperti kecapi, suling, dan kendang.