Sri Ramadani pun sukses menggondol dua medali emas dan memecahkan dua rekor nasional dengan angkatan terbaik 89 kilogram serta total angkatan 253 kilogram. Catatan itu jauh meninggalkan para kompetitornya di kelas 55 kilogram putri.

“Saya baru pertama kali ini mengikuti Peparnas. Ada deg-degan ada grogi, tetapi ya Alhamdulillah bisa diatasi. Hasil ini sesuai target pribadi dan target kontingen untuk mendapatkan emas,” ujar Sri Ramadani dalam keterangan resmi yang diterima Makansedap.id.

Sri Ramadani menyadari persaingan di kelas 55 kilogram putri tidak mudah. Keberadaan wakil para angkat berat asal kontingen Papua menjadi lawan yang tak bisa diremehkan. Apalagi mereka punya lifter jagoan, Dewi Asih yang berhasil pecah rekor lebih dulu dengan angkatan seberat 80 kilogram.

Dengan latihan yang intens dan menjaga pola makan, Sri Ramadani mampu memberikan yang terbaik dalam pertandingan perdananya.

“Saya sudah lama menjalani latihan, cuma baru kali ini ikut kejuaraan. Pola makan ada juga yang dijaga, ada yang di berikan ada yang dilarang, jangan makan ini, jangan konsumsi ini, untuk kesehatan juga,” tutur Sri Ramadani.

Perjuangan Berat

Sri Ramadani lahir di Deli Serdang, Sumatra Utara, 5 Desember 1985. Putri dari pasangan Teigof dan Jainah ini sebenarnya lahir dalam kondisi sehat. Akan tetapi, dia kemudian terkena polio saat berusia dua tahun. Kondisi ini membuat kakinya tidak bisa berkembang sempurna.