Untuk berjalan, Sri Ramadani membutuhkan bantuan dari orang lain. Kondisi ini sempat membuatnya patah semangat dan tidak percaya diri. Terlebih Sri Ramadani kecil harus kehilangan sang ibunda di usianya yang baru empat tahun.
Kisahnya belum berhenti di situ. Dia kembali menelan kesedihan karena harus kehilangan ayahanda tercinta pada 2012 lalu. Sepeninggal sang ayah, dia seperti kehilangan semangat hidup. Dukungan dari orang-orang terdekat membuat Sri Ramadani bangkit. Salah satunya dengan menekuni olahraga para angkat berat.
“Keluarga juga menginspirasi teman-teman semua untuk saya bangkit. Motivasi yang mendasari saya terjun di olahraga ini adalah semangat dan percaya diri. Raihan dua medali emas ini saya persembahkan untuk keluarga,” cerita Sri Ramadani.
Sementara itu, Asisten pelatih para angkat berat Sumatra Utara, Jul Amri, menjadi saksi perjuangan Sri Ramadani. Jul Amri mengakui Sri Ramadani harus menjalani latihan keras hingga kerap tumbang.
“Seperti yang kita lihat perjuangannya sangat susah, latihan keras kadang sakit juga ya, tetapi kita motivasi supaya tetap semangat. Di sini tadi beberapa macam strategi harus kita upayakan gonta-ganti strategi supaya dia bisa mendapatkan dua emas ini di total dan best,” papar Jul Amri.
Perolehan dua medali emas dari Sri Ramadani di cabor para angkat berat ini sesuai dengan target kontingen.
“Memang sudah ditargetkan dia dapat dua emas. Karena dia kan nggak kategori atlet elite, dia debutan. Ya sangat puas kalau untuk Sri Ramadani ini karena sudah dapat dua emas. Kami berhasil membuat kejutan di Peparnas,” beber Jul Amri. (am)
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS