JAKARTA, Makansedap.id – Pengamat pariwisata, Sari Lenggogeni memprediksi perjalanan wisata jarak jauh melalui jalur darat atau road trip tourism menjadi tren kegiatan wisata yang paling banyak dilakukan masyarakat pada periode libur Lebaran 2024.
“Saat ini, masih sama trennya. Paling sedikit berubah saja, dari tahun pasca-Covid 19. Pertama road trip tourism atau perjalanan darat. Namun, saja kita di Indonesia ini masih berbeda karakternya dengan negara lain, seperti di Australia yang punya caravan dan segala macam,” kata Sari Lenggogeni dalam keterangan resmi yang dibaca Makansedap.id, Minggu, 24 Agustus 2024.
Menurut Sari Lenggogeni, perjalanan wisata jalur darat saat ini semakin dipermudah dengan dibukanya sejumlah ruas jalan tol baru yang menghubungkan wilayah-wilayah di Indonesia.
Selain itu, tren kegiatan wisata yang ramai dilakukan pada libur Lebaran 2024 adalah wisata kuliner yang didorong oleh keragaman kuliner di Indonesia.
“Kuliner itu selalu jadi preferensi nomor dua terbesar apalagi Indonesia sangat kaya akan makanan khasnya ya, itu pasti dicari. Karena itu, nanti biasanya akan berkembang itu supply chain dari restoran, kafe, segala macam,” ujar Sari Lenggogeni, Direktur Pusat Studi Pariwisata Universitas Andalas itu pula.
Sari Lenggogeni juga menyebutkan kegiatan rekreasi yang menyatu dengan alam juga menjadi salah satu preferensi perjalanan wisata yang dilakukan turis pada periode libur Lebaran 2024.
Menurut Sari Lenggogeni, libur Lebaran selalu menjadi momen yang dimanfaatkan masyarakat untuk bertemu kembali dengan keluarga dan kerabat di kampung halaman.
Sari Lenggogeni juga memproyeksikan tingkat okupansi hotel pada libur Lebaran tahun ini dapat mencapai lebih dari 70% terutama di daerah-daerah yang menjadi tempat asal masyarakat perantau.
“Jawa Timur itu misalnya menjadi kota tujuan cukup tinggi ya. Kemudian, juga kota yang ada di Jawa Tengah itu akan menjadi bagian yang mendapatkan dampak dari okupansi hotel yang cukup tinggi. Sumatera Barat di atas 70-80% itu bisa saja terjadi kenaikan,” ujar Sari Lenggogeni.
Menurut Sari Lenggogeni, pertumbuhan jumlah hotel dapat menjadi indikator dari tingkat kunjungan wisatawan atau pemudik ke suatu daerah.
“Kalau hotel sudah berkembang banyak itu pasti menandakan bahwa mereka menjadi tempat banyaknya perantau yang pulang,” kata Sari Lenggogeni.
Sari Lenggogeni menjelaskan musim puncak liburan dengan kunjungan wisata tertinggi di Indonesia umumnya terjadi pada pertengahan tahun, berbeda dengan negara-negara barat yang terjadi di akhir tahun.
“Puncak musim libur kita berbeda dengan negara barat yang pada umumnya lebih di akhir tahun. Kalau kita lebih banyak di pertengahan tahun yang mostly okupansi hotel 70-80 % itu bisa terjadi,” kata Sari Lenggogeni. (rw)
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS