Para peneliti mengukur aliran darah di lengan bawah, detak jantung, tekanan darah, dan kadar oksigen di korteks prefrontal, bagian depan otak, peserta selama tes dan saat istirahat.

Dengan menggunakan tes Brachial Flow Mediated Dilatation atau FMD, para peneliti juga menilai fungsi pembuluh darah peserta untuk memprediksi risiko penyakit kardiovaskular.

Tes FMD mengukur seberapa besar arteri brakialis melebar ketika aliran darah meningkat. Nilai tes yang lebih tinggi menunjukkan risiko penyakit jantung yang lebih rendah.

Hasil tes FMD menunjukkan peserta yang mengonsumsi minuman rendah flavanol mengalami penurunan fungsi vaskular yang berlangsung hingga 90 menit setelah peristiwa stres.

Sebaliknya, hasil tes FMD peserta yang mengonsumsi cokelat panas tinggi flavanol secara signifikan lebih tinggi dibandingkan mereka yang mengonsumsi minuman cokelat rendah flavanol pada 30 maupun 90 menit setelah periode stres.

“Penelitian ini menunjukkan mengonsumsi makanan atau minuman tinggi flavanol dapat digunakan sebagai strategi untuk mengurangi dampak buruk pilihan makanan yang kurang sehat terhadap sistem vaskular. Hal ini dapat membantu kita membuat keputusan yang lebih bijak tentang apa yang kita makan dan minum selama periode stres,” kata Dr Catarina Rendeiro. (rw)

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS