JAKARTA, Makansedap.idSantan menjadi bahan yang tidak terpisahkan dalam masakan Minang. Santan memberikan rasa yang kaya, gurih, dan tekstur kental menjadi ciri khas setiap hidangan.

Kendati santan sering dianggap mengandung lemak jenuh yang berisiko bagi kesehatan jantung, kenyataannya masakan Minang yang kaya santan ini tidak cenderung menyebabkan masalah kardiovaskular pada banyak orang Minang.

Mengapa bisa demikian? Jawabannya terletak pada cara tradisional dalam memasak dan keseimbangan pola makan yang diterapkan secara alami dalam budaya Minangkabau.

Yan Heri, salah seorang pemilik restoran di Kota Padang, mengungkapkan, meskipun melimpah, penggunaan santan saat proses memasak tidak sembarangan.

Seperti dilansir Antaranews.com yang dibaca Makansedap.id, Jumat, 6 Desember 2024, santan yang digunakan berasal dari kelapa segar yang diperah langsung dan dimasak dalam waktu lama dengan api kecil sehingga dapat mengeluarkan sebagian besar minyak dari santan, menjadikannya lemak yang mudah diserap tubuh.

Selain itu, Yan Heri juga menggunakan aneka rempah-rempah yang tidak hanya memberi rasa, tetapi berfungsi sebagai penyeimbang bagi kesehatan tubuh.

“Hidangan yang disajikan di sini adalah makanan yang sehat untuk dikonsumsi. Apalagi mencampurkan rempah-rempah di dalamnya sehingga rasa autentik di dalamnya tetap terjaga. Kami juga tidak menggunakan santan kemasan yang biasanya mengandung bahan pengawet atau zat aditif lain,” kata pemilik Restoran Sederhana itu.

Klaim tersebut selaras dengan temuan pakar gizi Universitas Andalas, Prof Masrul yang menekankan, keseimbangan bahan dan cara pengolahan adalah kunci dari keberhasilan masakan Minang dalam menjaga kesehatan jantung meskipun menggunakan santan.

Rempah-rempah yang digunakan dalam masakan Padang, seperti kunyit, jahe, lada, dan cabe, memiliki sifat anti-inflamasi dan antioksidan yang dapat menurunkan risiko peradangan dan mengurangi kadar kolesterol jahat dalam darah, dua faktor utama yang disebut Masrul memengaruhi kesehatan kardiovaskular.

“Santan ini ternyata secara biokimia punya rantai ganda, jadi tidak termasuk yang tinggi resikonya. Sebab, kalau memang santan menjadi penyebab, saya pikir tentu dulu sudah lama dihentikan oleh masyarakat di sini. Yang kedua kaya akan bumbu itu sudah ada penelitian, rempah juga sebagai antioksidan, yang ketiga banyak sayuran,” kata Prof Masrul. (rw)

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS