JAKARTA, Makansedap.id –Transplantasi organ merupakan salah satu pencapaian besar dalam dunia medis. Transplantasi organ memberikan harapan bagi banyak orang untuk memperoleh kehidupan yang lebih sehat.

Namun, praktik transplantasi organ juga dihadapkan pada berbagai masalah etika yang sangat kompleks. Baik di Timur maupun Barat, persoalan etika yang meliputi transplantasi organ telah menjadi perdebatan sengit.

Tulisan Dokter Dito Anurogo MSc, PhD (Cand.) yang dilansir Antaranews.com dan dibaca Makansedap.id, Rabu, 9 Oktober 2024, menjelaskan, Bioetika yang merupakan cabang dari filsafat moral, menawarkan panduan dan perspektif dalam menangani dilema ini serta memastikan kebijakan kesehatan tetap selaras dengan prinsip-prinsip moral dan sosial.

Menurut Wright, Ross, Daar (2005), bioetika dalam transplantasi organ tidak hanya mencakup prinsip-prinsip dasar seperti beneficence (kebaikan) dan nonmaleficence (tidak membahayakan), tetapi juga melibatkan autonomy (otonomi), dan justice (keadilan). Keempat prinsip ini adalah pilar utama dalam bioetika yang berfungsi untuk memastikan bahwa setiap keputusan terkait transplantasi organ menghormati hak-hak individu dan memaksimalkan manfaat bagi masyarakat.

Beneficence atau kebaikan menuntut para praktisi medis untuk selalu bertindak demi kebaikan pasien dan memastikan prosedur transplantasi organ membawa lebih banyak manfaat daripada risiko.

Nonmaleficence atau tidak membahayakan, menegaskan bahwa dokter tidak boleh menyebabkan bahaya pada pasien, termasuk donor organ hidup.

Otonomi, kata Dokter Dito Anurogo, menghormati hak pasien dan donor untuk membuat keputusan secara bebas mengenai tubuh mereka sendiri. Sedangkan, keadilan memerlukan distribusi organ yang adil tanpa diskriminasi, dan memastikan bahwa semua orang memiliki akses yang sama terhadap kesempatan transplantasi organ.

Donor Hidup

Donasi organ dari donor hidup menimbulkan tantangan besar, khususnya dalam hal otonomi dan risiko yang terlibat. Pada kasus donor ginjal, misalnya, donor hidup dapat memberikan ginjal mereka untuk menyelamatkan nyawa orang lain. Tetapi, mereka juga berisiko mengalami komplikasi kesehatan di kemudian hari. Dalam hal ini, prinsip tidak membahayakan berbenturan dengan kebaikan yang menimbulkan dilema etika yang kompleks.