Tren kedua, kekayaan lokal merayakan cita rasa asli. Kekayaan lokal adalah tentang merayakan kekayaan negeri sendiri. Kesegaran hasil bumi lokal dan musiman mengangkat cita rasa hidangan kita ke tingkat yang baru.

Lebih dari itu, tren ini juga mempererat hubungan antara dapur dan komunitas sekitar. Dengan membangun hubungan ini, tidak hanya mendapatkan bahan baku, tetapi juga membuat cerita daerah ke dalam setiap santapan.

Tren ketiga, low waste menus, kreativitas tanpa batas. Tren ini membantu para chef untuk memanfaatkan bahan baku dan sumber daya dengan bijak, menghemat biaya, dan memanjakan para penikmat kuliner yang peduli akan makanan berkualitas.

Kini, para chef memiliki panduan praktis untuk memaksimalkan penggunaan setiap bahan, memenuhi ekspektasi generasi muda dan pelanggan yang sadar akan pentingnya dapur yang berkelanjutan. Sebuah peluang besar untuk dieksplorasi di era inovasi dan gaya hidup yang  bertanggung jawab terhadap dampak kuliner mereka.

Lezat dan Menantang

Tren keempat, hidangan klasik kekinian, lezat dan menantang. Kerinduan akan hidangan rumahan yang familiar masih menjadi tren kuat di kalangan penikmat kuliner.

Namun, meskipun mencari rasa yang familiar, merekajuga menginginkan sentuhan baru. Tren ini bukan hanya tentang memodernisasi hidangan klasik, tetapi juga tentang menanamkan cerita kuliner, warisan budaya, dan sentuhan nostalgia ke dalam setiap sajian.

Worldchefs Congress & Expo di Marina Bay Sands, Singapura, 21 Oktober 2024. (Makansedap.id/UFS)

Tren kelima, protein nabati, pahlawan kuliner masa kini. Tren flexitarian semakin meningkat, yaitu semakin banyak orang yang tidak sepenuhnya vegetarian atau vegan memilih untuk mengganti 1-2 porsi makan mereka setiap pekan dengan hidangan nabati demi kesehatan. Tren ini memberikan peluang besar bagi para chef untuk menyediakan pilihan menu yang beragam dan inklusif, sekaligus mengurangi biaya operasional dan jejak karbon mereka.