JAKARTA, Makansedap.id – Ketua Ikatan Cendikiawan Pariwisata Indonesia, Azril Azahari menilai wisatawan menginginkan customized tourism atau wisata berbasis personal sehingga berbagai potensi wisata yang ada di berbagai daerah bisa dikembangkan berdasarkan perubahan perilaku dalam berwisata tersebut.

“Sekarang itu sudah customized tourism, personalisasi, lokal dan memiliki wawasan. Itu keinginan dari wisatawan. Artinya apa? Dia maunya jadi customized tourism, personal sekali yang diinginkannya, wisata kearifan lokal,” kata Azril Azahari saat melalui keterangan resmi di Jakarta, Jumat, 5 Januari 2024.

Wisatawan, kata Azril Azahari, mencari keunikan dan kearifan wisata lokal dari tempat-tempat yang dikunjungi. Mereka tidak hanya menginginkan atraksi, namun, juga daya tarik yang memiliki ciri khas yang tidak dapat ditemukan di negara lain serta adanya nilai eksotisme di daerah tersebut.

Sang pakar melihat perilaku wisatawan telah berubah sejak era 1980-an hingga 2000-an. Target wisata yang awalnya dihitung dari pariwisata massal, bergeser kepada wisata alternatif. Memasuki era 2020, perilaku berwisata berubah menjadi wisata yang berbasis kualitas dan disesuaikan dengan minat.

Azril Azahari juga melihat wisatawan saat ini mendambakan kegiatan perjalanan wisata yang sesuai dengan minat, seperti green and blue healing yang berkaitan dengan alam. Melihat tren tersebut, daerah dengan keanekaragaman alam harus menggali potensi mereka supaya bisa menjadi daya tarik untuk wisatawan, seperti melihat kawanan lumba-lumba di Sabang, atau pengalaman berinteraksi dengan hiu paus di Gorontalo.​​​​​

World Travel Tourism Council juga mengatakan bahwa, target nilai pariwisata daerah bukan lagi dihitung dari jumlah wisatawan. Namun, seberapa besar kontribusi sektor pariwisata terhadap pendapatan negara. Kontribusi bisa dilihat dari periode wisatawan menginap dan berapa banyak uang yang dikeluarkan untuk berbelanja di tempat wisata.

Azril Azahari menilai perubahan nilai pariwisata dan perilaku wisatawan tersebut juga perlu diantisipasi pemerintah dalam mengembangkan wisata di Indonesia.

Potensi wisata lain yang juga dinilai perlu diantisipasi, menurut Azril Azahari, adalah wellness tourism alias wisata berasis kesehatan dan kesejahteraan, termasuk di dalamnya gastronomi tourism atau wisata memuaskan hasrat mencari makanan berkualitas dan enak.

Indonesia, kata Azril, memiliki potensi untuk mengembangkan pariwisata gastronomi. Sebab, banyak kuliner unik yang kebanyakan hanya bisa ditemukan di Indonesia seperti sagu dan rempah-rempah.

“Kemudian jangan lupa juga, UNWTO bahwa itu sudah mensyaratkan pariwisata kita itu harus mengacu kepada community-based tourism. Jadi, pariwisata yang berbasis kepada komunitas, tidak lagi kepada investor,” kata Azril Azahari.

Di tengah tantangan secara global maupun nasional, seperti kasus Covid 19 yang meningkat, Azril Azahari masih menaruh optimisme terhadap pariwisata Indonesia dan berharap tantangan tersebut menjadi peluang Indonesia menghadirkan pariwisata yang nyaman dan aman bagi pengunjung. (M1)

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS