Hoaks Aspartam Kembali Viral, Bikin Panik, dan Rusak Kepercayaan Publik

Hoaks Aspartam Kembali Viral, Bikin Panik, dan Rusak Kepercayaan Publik

Berita terkait hoaks lama soal bahaya aspartam kembali menjadi viral di grup WhatsApp dan media sosial. -Makansedap.id-Dokumentasi CBCOMM

Bisa Bahayakan Banyak Hal

Pesan viral yang beredar menyebut bahwa aspartam menyebabkan kanker otak, kerusakan sumsum tulang, dan penyakit berbahaya lain, serta menyertakan daftar produk yang diklaim sebagai pemicu. 

BACA JUGA:Liam Rice, Peliput Oxford United di Piala Presiden, Viralkan Nasi Kotak Nendia Primarasa lewat Akun X

Namun, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) secara resmi telah menegaskan bahwa informasi itu tidak benar. Dikutip dari pernyataan IDI dalam situs Kementerian Komunikasi dan Digital, IDI tidak pernah mengeluarkan rilis atau pernyataan resmi tentang daftar minuman penyebab kanker. IDI juga menyebut nama dokter yang dicatut dalam pesan itu tidak terdaftar sebagai anggota organisasi. Setiap pernyataan resmi dari IDI hanya dikeluarkan melalui kanal resmi dengan kop surat, tanda tangan ketua umum, dan dapat diverifikasi publik.

Penyebaran informasi palsu soal makanan dan minuman bukan hanya bisa menimbulkan kepanikan, tapi juga membuat masyarakat kehilangan kepercayaan pada produk yang sebenarnya aman dan teruji. Bahkan bisa membuat orang justru menghindari pilihan yang lebih sehat hanya karena takut yang tidak berdasar. Sayangnya, efek dari hoaks seperti ini sangat nyata, masyarakat jadi takut mengonsumsi produk yang sebenarnya aman, bahkan cenderung lebih sehat.

Terlebih lagi, saat ini pelaku penyebar hoaks bisa dijerat hukum. Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) pasal 28 ayat 1 menyebutkan, bagi yang sengaja menyebarkan berita bohong dan menyesatkan, dapat dihukum penjara sampai 6 tahun atau denda sampai 1 milyar rupiah. Ini artinya, siapapun yang dengan sengaja menyebarkan informasi palsu demi klik, sensasi, atau keuntungan pribadi, sadarlah. 

Ini bukan cuma soal salah kirim. Ini soal ikut merusak kredibilitas edukasi publik dan menebar keresahan massal yang tidak perlu. Jangan bermain-main dengan informasi kesehatan.

BACA JUGA: Saksikan Replika Mobil F1 Mercedes AMG F1 W14, Lego Group Berikan Tantangan untuk Warga Indonesia 

Masyarakat berhak tahu apa yang mereka konsumsi, dan hak itu hanya bisa terpenuhi jika informasi yang beredar berbasis fakta, bukan rekayasa.

Sebagai konsumen, kita punya hak untuk tahu apa yang kita konsumsi, dan itu harus didasarkan pada ilmu, bukan rumor. Kalau ragu, jangan cari jawaban di grup chat, cari ke sumber yang bisa dipercaya seperti BPOM, WHO, atau tenaga medis profesional.

Menjaga kesehatan itu penting. Tapi sama pentingnya memilah mana informasi yang layak dipercaya, dan mana yang hanya menakut-nakuti tanpa dasar. Jangan cari jawaban dari grup chat, carilah ke sumber yang kredibel seperti BPOM, WHO, atau tenaga medis profesional.

“Menjadi sehat tidak cukup dengan menjauhi gula, karbohidrat, atau bahan kimia, tapi juga dengan menjauhi informasi yang menyesatkan. Di tengah derasnya arus hoaks, sikap kritis adalah bagian dari gaya hidup sehat,” pungkas dr Gia Pratama.