Risiko Komplikasi Dehidrasi pada Anak Lebih Besar saat Keracunan.

Risiko Komplikasi Dehidrasi pada Anak Lebih Besar saat Keracunan.

Pasien anak memiliki risiko terjadi komplikasi dehidrasi lebih besar dibandingkan usia dewasa pada saat mengalami keracunan.-Makansedap.id-

JAKARTA, Makansedap.id - Dokter spesialis anak subspesialis Emergensi dan Terapi Intensif Anak konsutas dari Universitas Indonesia, dr Yogi Prawira, Sp.A, Subsp.E.Τ.Ι.Α(Κ) mengatakan, pasien anak memiliki risiko terjadi komplikasi dehidrasi lebih besar dibandingkan usia dewasa pada saat mengalami keracunan.

“Bisa mengalami gangguan sirkulasi atau shock, bisa mengalami gangguan elektrolit, bisa mengalami komplikasi-komplikasi lainnya,” kata dr Yogi Prawira dalam diskusi yang diikuti secara daring, Kamis, 25 September 2025.

Ketua UKK Emergensi dan Terapi Intensif Anak (ETIA) dari Ikatan Dokter Anak Indonesia itu mengatakan, gejala secara umum dialami semua usia yang mengalami kontaminasi racun dalam makanan atau minuman yang dikonsumsi seperti rasa mual, muntah, dehidrasi hingga diare.

Dia mengatakan sebagian besar kasus keracunan makanan tidak mematikan, namun beberapa kasus diperlukan rawat inap.

BACA JUGA:Dietisien Jelaskan Mengapa Protein Penting bagi Pertumbuhan Anak

Biasanya gejala keracunan akan muncul dalam beberapa jam hingga sehari sampai dua hari setelah konsumsi makanan yang tercemar.

Namun pada anak-anak, gejala keracunan terutama dehidrasi bisa berakibat fatal karena lebih berisiko menimbulkan komplikasi lanjutan di antaranya gangguan ginjal, peradangan sendi, gangguan pada otak dan saraf.

Sehingga semakin kecil usia anak maka harus lebih berhati-hati dalam menangani penyakit dan memantau asupan yang dikonsumsi anak.

“Kita juga penting untuk mengedukasi orang tua, guru, bahkan anak-anak kita kalau sampai sesudah mengonsumsi makanan-minuman kemudian mengalami gejala-gejala keracunannya itu cukup parah maka harus segera ke dokter,” kata dr Yogi Prawira seperti dilansir Antaranews.com yang dibaca Makansedap.id, Jumat, 26 September 2025.

BACA JUGA:Alasan Kuliner Jadi Faktor Utama Wisatawan Indonesia Pilih Destinasi Wisata

Menurut dr Yogi Prawira, semua harus memperhatikan makanan dan minuman yang akan dikonsumsi dengan melihat kondisi kemasan tidak normal, warna makanan yang sudah berubah tidak biasa, ada bau busuk atau asam, tekstur melunak atau berlendir, dan juga rasa yang menandakan sudah tidak layak konsumsi.

Tidak lupa juga untuk selalu mencuci tangan setelah beraktivitas, menjaga kebersihan alat masak untuk mencegah kontaminasi silang, dan memperhatikan penyimpanan makanan di suhu yang tepat untuk mencegah pertumbuhan bakteri.