JAKARTA, Makansedap.id - Menghentikan kebiasaan buruk doom spending bukan berarti menghentikan kebahagiaan. Perilaku ini sebenarnya tidak mendatangkan bahagia, justru berdampak buruk pada stabilitas keuangan jangka panjang. Tenang, ada lima tips untuk menghentikan doom spending.
“Malahan, dengan menyeleksi pengeluaran dan memprioritaskan masa depan, Anda dapat menikmati hidup saat ini dan memungkinkan mencapai hari esok yang lebih baik,” kata Faculty Head Sequis Quality Builder, Sequis Training Academy of Excellence (STAE), Fandi Murdani dalam keterangan resmi yang diterima Makansedap.id, Rabu, 9 Juli 2025.
Sequis senantiasa dan berulang menekankan soal disiplin perencanaan keuangan, seperti tips supaya terhindar dari perilaku doom spending. Demikian sejumlah tips menghentikan kebiasaan doom spending menurut Fandi Murdani.
Pertama, alternatif mengatur emosi selain belanja. Fandi Murdani menyarankan agar ketidakpastian finansial direspon dengan bijaksana, seperti giat menabung dan berhemat, termasuk tidak membuka aplikasi belanja, atau mencari pendapatan tambahan.
BACA JUGA:Mengenal Arti Doom Spending di Kalangan Gen Z, Begini Penjelasan Pakar
“Tidak semua permasalahan dapat diatasi dalam waktu singkat. Namun, banyak pilihan untuk mengatur emosi. Ketika merasa stres, daripada membuka aplikasi belanja online, coba lakukan aktivitas lain, seperti meditasi, menjalankan hobi, minum teh sore bersama pasangan atau orang tua, atau berolahraga,” sebut Fandi Murdani.
Kedua, perencanaan keuangan penting dilakukan. Generasi milenial yang sudah memiliki penghasilan, tentu lebih mudah untuk berbelanja karena tidak perlu minta pada orang tua. Namun hati-hati terjebak dalam kebiasaan doom spending. Untuk itu, lakukan perencanaan keuangan agar gaji Anda dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang bermanfaat.
“Disiplin menjalankan perencanaan keuangan sebenarnya memudahkan kita menjalani hidup. Anda masih dapat memanjakan diri dengan berlibur, ngopi, belanja, menjalankan hobi tanpa merusak kestabilan keuangan sebab sedari awal mendapatkan gaji, Anda sudah mengaturnya sedemikian rupa,” sebut Fandi Murdani.
Rencanakan keuangan dengan skala prioritas dengan menerapkan rumus 40-30-20-10. Dari anggaran yang dimiliki, sisihkan 40% untuk keperluan sehari-hari, 30% untuk kebutuhan utang, 20% untuk investasi dan tabungan serta 10% untuk keperluan sosial.
Salah satu bentuk kehati-hatian menggunakan uang karena sudah melakukan perencanaan keuangan adalah tidak mudah tergiur mengikuti tren demi diterima di lingkungan atau demi mendapatkan hiburan.
“Misalnya Anda akan berpikir dua kali untuk membeli gantungan boneka labubu yang nilainya mahal jika biayanya diluar dari perencanaan keuangan yang telah Anda susun,” jelas Fandi Murdani.
Ketiga, alokasikan dana darurat. Dalam perencanaan keuangan sangat penting mengalokasikan dana darurat dan investasi. Anda dapat memulai dengan alokasi gaji untuk pos ini sebesar 10% kemudian tingkatkan 20%.
Nilai ini bisa terus Anda tingkatkan seiring meningkatnya pengalaman menjalankan perencanaan keuangan dan bertambahnya penghasilan.
BACA JUGA: Saksikan Replika Mobil F1 Mercedes AMG F1 W14, Lego Group Berikan Tantangan untuk Warga Indonesia