“Kita melihat polusi udara yang kita dapat di Jakarta itu bukan dari kebakaran hutan. Dari mana? Itu adalah bahan kimia, lalu dimasukkan ke dalam tubuh,” imbuh Prof Aru.

Lebih lanjut, Prof Aru menjelaskan, meski polusi yang dihirup berupa asap, jenis kanker yang berpotensi timbul tidak selalu kanker paru-paru, melainkan dapat menginfeksi organ tubuh lain secara acak, tergantung pula kondisi kesehatan masing-masing individu.

“Misalnya perokok, belum tentu dia terkena kanker paru, bisa juga kanker hati, kanker usus dan sebagainya. Setiap orang lain-lain, tergantung badan kita, terutama memang paru karena dihirup langsung, tapi belum tentu. Tergantung exposure tubuh kita itu mana yang bereaksi buruk,” ujarnya.

Untuk itu, Prof Aru menganjurkan masyarakat di perkotaan untuk tetap menjalankan pola hidup sehat, termasuk makan dan tidur teratur, dan rutin melakukan olah raga. Makanan yang buruk, apa lagi yang berpengawet, menurutnya, juga menyumbang risiko kanker sebanyak 35%. (M1)

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS