Dampak Diet Gula pada Kesehatan Otak Menurut Peneliti

Dampak Diet Gula pada Kesehatan Otak Menurut Peneliti

Diet tinggi kalori jangka pendek memengaruhi otak.-Makansedap.id-YouTube

JAKARTA, Makansedap.id - Diet tinggi kalori jangka pendek tidak hanya terlihat di unsur timbangan, tetapi juga memengaruhi otak.

Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam Jurnal Nature mengungkapkan, mengonsumsi makanan tinggi gula dan lemak dalam jangka pendek dapat memengaruhi otak orang yang sehat, berfungsi mirip dengan orang yang mengalami obesitas.

Seperti dikutip dari Medical Daily yang dibaca Makansedap.id, Selasa, 4 Maret 2025, temuan yang lebih mengkhawatirkan adalah bahwa perubahan otak terjadi, bahkan sebelum seseorang mulai menyadari kenaikan berat badan.

"Data kami menunjukkan respons otak dan perilaku menyerupai orang yang mengalami obesitas dan perubahan pada otak tampaknya terjadi sebelum kenaikan berat badan," kata peneliti utama studi, Prof Stephanie Kullmann kepada Telegraph

BACA JUGA:Ini Rekomendasi Tujuh Tempat Berburu Takjil di Depok

Para peneliti mencatat bahwa kembalinya otak ke keadaan normal membutuhkan waktu lebih lama dari yang diharapkan. Hal ini menjelaskan mengapa keinginan untuk mengonsumsi makanan tersebut berlangsung lebih lama.

"Perubahan pada otak berlangsung lebih lama dari jangka waktu konsumsi. Secara perilaku, kami melihat bahwa partisipan menunjukkan perubahan dalam perilaku penghargaan: Sensitivitas penghargaan yang berkurang dapat menyebabkan asupan makanan yang lebih banyak," ujar Prof Stephanie Kullmann.

Penelitian ini mengevaluasi 18 pria muda dan sehat yang menjalani diet tinggi kalori yang kaya akan makanan manis dan berlemak, dan membandingkan perubahan pada otak mereka dengan perubahan pada otak 11 pria yang menjalani diet normal.

Selama lima hari, partisipan yang menjalani diet tinggi kalori mengonsumsi sekitar 1.200 kalori ekstra per hari dibandingkan dengan asupan biasanya.

BACA JUGA:Tujuh Rekomendasi Lokasi Berburu Takjil Terbaik di Tangerang

Setelah menjalani diet tinggi kalori selama lima hari, walaupun tidak ada kenaikan berat badan yang signifikan, para peneliti mencatat perubahan substansial pada otak partisipan sebagaimana terungkap oleh tes yang dilakukan seminggu kemudian.

Otak partisipan memiliki tingkat resistensi insulin yang lebih tinggi dibandingkan dengan partisipan dalam kelompok kontrol.

"Sebagai kesimpulan, kami menunjukkan bahwa makan berlebihan dalam jangka pendek dengan camilan ultra-olahan berkalori tinggi yang umum digunakan dapat memicu penumpukan lemak di hati dan gangguan jangka pendek pada kerja insulin otak yang bertahan lebih lama dari jangka waktu HCD (diet tinggi kalori) pada pria," tulis para peneliti.