Mangu, Kisah Suami Istri yang Berbeda Keyakinan

Mangu adalah kisah sepasang suami istri yang harus berpisah karena perbedaan keyakinan.-Makansedap.id-YouTube
JAKARTA, Makansedap.id - Ari Lesmana tak pernah membayangkan perjalanan ini. Baginya Mangu adalah refleksi dari perjalanan panjang dan sepi yang dia jalani bersama Band Fourtwnty, band yang dia bentuk sejak 2010 bersama para sahabatnya Nuwi, Roby Satria, Andi Armand, Primandha Ridho, dan Ryan Maulana.
Ari Lesmana yang pernah berkarier di dunia perbankan dan komunikasi sebelum terjun penuh ke musik, menyusun Mangu berdasarkan kisah sahabatnya, sepasang suami istri yang harus berpisah karena perbedaan keyakinan.
Lagu ini tidak dibentuk dari kemarahan, melainkan dari ketegaran menerima kenyataan. Tak menggurui, tak menjerit, hanya mengalun pelan dan justru karena itu, Mangu mampu menembus hati banyak pendengar.
Lagu ini juga memperlihatkan bagaimana TikTok, sebagai platform sosial, bukan hanya memviralkan hal-hal instan, tetapi juga bisa menjadi ruang kurasi emosional kolektif.
BACA JUGA:Mangu, Nilai Sakral Sebuah Kejujuran
Netizen, terutama Gen Z, menemukan Mangu bukan karena kampanye, tetapi karena merasa hatinya terwakili.
Mereka menjadikan lagu ini sebagai suara mereka sendiri. Dan, dalam dunia yang penuh kebisingan, suara lirih seperti Mangu justru terasa sangat menyejukan.
Yang menarik, Fourtwnty sendiri justru sedang dalam masa vakum. Pada Februari 2025, melalui akun Instagram resminya, band ini mengumumkan hiatus untuk memberi ruang bagi masing-masing personel beristirahat dan mengolah ulang perjalanan mereka.
Tak ada konflik internal, tak ada drama, hanya jeda yang disepakati bersama. Tetapi ironi yang indah pun terjadi, justru ketika mereka diam, karya mereka bersuara lantang.
Band yang selama ini dikenal dengan pendekatan musik yang tenang dan reflektif ini tampaknya tidak pernah memburu spotlight.
Mereka dikenal melalui karya-karya seperti Zona Nyaman, Aku Tenang, dan Realita yang seluruhnya berangkat dari penghayatan, bukan eksploitasi tren.
Seperti dilansir Antaranews.com yang dibaca Makansedap.id, Senin, 23 Juni 2025, Mangu hadir sebagai kelanjutan dari sikap musikal tersebut, sebuah pernyataan bahwa karya yang jujur tidak akan mati, walaupun tertunda untuk bangkit dan didengarkan.
Fenomena Mangu bukan hanya pencapaian statistik, namun pelajaran hidup. Bahwa tidak semua harus cepat untuk bisa sampai. Bahwa karya yang lahir dari keheningan tetap bisa menemukan panggungnya, asal sabar dan setia.
Dalam industri musik yang sering kali memuja viralitas sesaat, kisah ini membuktikan bahwa waktu dan rasa tetap punya kuasa.