LSPR Dorong Anak-anak Rumah Belajar Gang Satoe Tumbuh dengan Soft Skill dan Kreativitas

Rangkaian kegiatan pada Sabtu 21 Juni 2025 ini, diawali dengan press conference yang menghadirkan Mahmud Sidik serta dosen pengampu mata kuliah Community Development, Rizka Septiana, M.Si., yang menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan ini.-makansedap.id-Gang Satoe
JAKARTA, Makansedap.id - Seperti banyak orang tahu, wilayah Jatinegara, Jakarta Timur, dikenal sebagai kawasan padat penduduk yang ramai dengan aktivitas perdagangan, serta menjadi salah satu pusat mobilitas masyarakat di ibukota.
Di balik hiruk-pikuk aktivitas kota, terdapat komunitas kecil yang berdedikasi pada pendidikan anak-anak dari keluarga prasejahtera: Rumah Belajar Gang Satoe, yang berlokasi di Jl. Gergaji, Kelurahan Jatinegara, Jakarta Timur.
Rumah Belajar Gang Satoe merupakan komunitas pendidikan informal yang didirikan sebagai ruang belajar anak-anak dari keluarga prasejahtera. Mahmud Sidik, selaku pendiri, menjelaskan latar belakang terbentuknya komunitas ini.
"Rumah Belajar Gang Satoe saya dirikan karena prihatin dengan kondisi lingkungan yang rawan aksi negatif seperti tawuran pelajar. Saya ingin anak-anak memiliki ruang untuk belajar dan beraktivitas positif agar tidak terjerumus dalam pengaruh lingkungan yang buruk. Kehadiran kakak-kakak mahasiswa di sini sungguh melegakan, karena menunjukkan bahwa masih ada anak muda yang peduli dan mau menciptakan peluang belajar bagi adik-adiknya," ujar Mahmud Sidik.
BACA JUGA:Mangu, Kisah Suami Istri yang Berbeda Keyakinan
Komunitas ini menjadi tempat pelaksanaan workshop bertajuk "Cahaya dari Gang Kecil" yang diinisiasi oleh mahasiswa/i semester 6 Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR Bekasi, akhir pekan kemarin. Program ini bertujuan untuk mendorong pengembangan soft skill anak-anak melalui pembelajaran kreatif, membangun kepercayaan diri, serta membuka wawasan mereka tentang potensi usaha dan kontribusi sosial.
Kegiatan ini merupakan bagian dari mata kuliah Community Development yang terintegrasi dengan tiga mata kuliah lain, yaitu Public Relations Program & Evaluation, Public Relations Communication Technique, dan Creative Production & Publicity. Program ini juga menjadi bentuk kontribusi nyata LSPR dalam mendukung kebijakan pemerintah melalui Kampus Membangun Desa dan implementasi Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin ke-4 tentang pendidikan berkualitas.
Rangkaian kegiatan diawali dengan press conference yang menghadirkan Mahmud Sidik serta dosen pengampu mata kuliah Community Development, Rizka Septiana, M.Si., yang menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan ini.
"Hari ini, saya bukan hanya bangga kepada anak-anak Rumah Belajar Gang Satoe, tapi juga kepada mahasiswa kelas PRDC26- 2TP LSPR Institute Communication and Business yang sudah turun langsung dan membawa perubahan nyata. Lewat aksi sederhana dan penuh kepedulian, mereka membuktikan bahwa cahaya bisa lahir dari gang kecil." ungkap Rizka Septiana.
BACA JUGA:Tajir Melintir, Inilah Sosok Pengusaha Irwan Mussry
Silvia Praestice, Ketua Pelaksana Satoe Spark, menambahkan bahwa workshop ini bertujuan mendorong anak-anak untuk mengenali dan mengembangkan potensi diri mereka.
"Melalui workshop ini, kami berharap anak-anak dapat lebih menyadari betapa pentingnya soft skill bagi kehidupan mereka baik saat ini maupun masa depan. Kami juga berharap anak-anak ini dapat menjadi agent of change di lingkungannya dengan terus berkegiatan positif, mencari potensi diri, dan mengembangkannya sehingga dapat menjadi pribadi yang berguna dan berdampak positif bagi sekitar," ujar Silvia.
Anak-anak diajak untuk membuat karya kreatif berupa kaos tie dye yang kemudian ditampilkan dalam sesi Fun Show. Pada sesi tersebut, anak-anak mempresentasikan hasil karya mereka secara berkelompok, sekaligus melatih keterampilan kerja sama tim serta kemampuan berbicara di depan umum. Workshop ini juga menghadirkan etalase hasil karya tie dye yang dibuat oleh panitia dan Karang Taruna, yang dapat dilihat maupun dibeli oleh para pengunjung.
Selain itu, salah satu bagian yang tak kalah bermakna adalah adanya Papan Harapan. Papan Harapan sebagai wadah di mana anak-anak diajak menuliskan harapan mereka menggunakan selembar kertas lalu menempelkannya pada papan kayu yang disediakan.