Albert Ellis, Jejak Sang Pemberontak Pikiran yang Mengubah Dunia Psikoterapi

Albert Ellis mengguncang dunia psikologi setelah memperkenalkan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) pada 1955.-Makansedap.id-The New York Times
JAKARTA, Makansedap.id - Di tengah arus besar psikoanalisis yang mendominasi pertengahan Abad Ke-20, seorang pria kelahiran Pittsburgh bernama Albert Ellis berani menantang arus.
Lahir pada 27 September 1913, Albert Ellis tak hanya mengikuti jejak para pemikir sebelumnya. Seperti dilansir verywellmind.com yang dibaca Makansedap.id, Sabtu, 2 Agustus 2025, Albert Ellis menyalakan bara revolusi dalam dunia psikoterapi.
Dengan gelar MA dan PhD dari Universitas Columbia, awalnya Albert Ellis menjelajahi dunia psikoanalisis, mengikuti tradisi yang kala itu dianggap sebagai kiblat terapi mental.
Namun, semakin dalam Albert Ellis menelusuri, semakin besar pula kegelisahannya. Dia menyadari menelusuri masa lalu klien saja tidak cukup untuk menyembuhkan luka batin mereka.
BACA JUGA: Kapal Kru Topi Jerami Hadir dalam Bentuk Lego One Piece, Ini Penjelasannya
Karena itu, pada 1955, Albert Ellis mengguncang dunia psikologi dengan memperkenalkan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT), sebuah pendekatan yang menempatkan pikiran sebagai kunci pembebasan emosi.
Di dalam REBT, Albert Ellis mengajarkan bahwa kita bukan korban dari peristiwa, melainkan dari cara kita berpikir tentang peristiwa tersebut.
Dengan mengubah pikiran yang irasional, manusia dapat merebut kembali kendali atas emosinya. Terapi ini kelak menjadi fondasi dari terapi kognitif modern, menginspirasi generasi baru psikolog dan terapis di seluruh dunia.
Sebagai bentuk dedikasinya, Albert Ellis mendirikan Institute for Rational Living di jantung kota New York yang kini dikenal sebagai Albert Ellis Institute.
BACA JUGA: Nilai Investasi US$ 8 Miliar, Las Vegas Sands Bangun Destinasi Hiburan Ultramewah
Albert Ellis bukan hanya seorang pemikir, tetapi juga seorang penulis yang produktif, menelurkan lebih dari 80 buku dan 1.200 artikel, di antaranya How to Live with a Neurotic (1957) dan The Art and Science of Love (1960).
Pemikirannya yang tajam dan berani menjadikannya tokoh yang disegani. Pada 1982, sebuah survei menyebut Ellis sebagai psikoterapis paling berpengaruh kedua di dunia, tepat di belakang Carl Rogers.
Namun, hidup Albert Ellis bukan tanpa ujian. Pada usia senjanya, dia mengalami konflik dengan institusi yang pernah dia bangun sendiri dan menderita berbagai masalah kesehatan.
Tapi, seperti keyakinan yang Albert Ellis tanamkan pada ribuan pasiennya, dia tak menyerah. Dia terus bekerja, terus menulis, dan terus berjuang, hingga akhirnya menghembuskan napas terakhirnya pada usia 93 tahun di New York City, 24 Juli 2007.