Usaha kuliner Jakarta Didorong untuk Terapkan Bisnis Berkelanjutan
Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mendorong pelaku usaha kuliner di seluruh Ibu Kota untuk menerapkan praktik ramah lingkungan dan berkelanjutan.-Makansedap.id-YouTube
JAKARTA, Makansedap.id - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta mendorong pelaku usaha kuliner di seluruh Ibu Kota untuk menerapkan praktik ramah Lingkungan dan berkelanjutan guna meningkatkan kualitas Lingkungan.
"Pengelolaan limbah cair, sampah makanan dan emisi harus menjadi bagian integral dari operasional usaha," kata Wakil Kepala DLH DKI Jakarta, Dudi Gardesi Asikin seperti dilansir Antaranews.com yang dibaca Makansedap.id, Senin, 1 Desember 2025.
Dudi menegaskan, sektor kuliner yang jumlahnya masif merupakan salah satu kontributor terbesar dalam menghasilkan limbah di Jakarta.
Karena itu, kata dia, penerapan standar lingkungan tidak lagi bersifat opsional, namun harus diimplementasikan dengan nyata.
BACA JUGA:Magical Jungle Proposal, Momen Lamaran di Tengah Hutan Ubud
Menurut dia, upaya tersebut diperkuat melalui program pembinaan pendidikan, kolaborasi dan aksi (education, collaboration, action/ECO ACT) dengan penguatan pemahaman dan kemampuan teknis pelaku usaha, peningkatan kolaborasi dengan akademisi, dunia usaha, mitra tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dan komunitas, serta aksi nyata dan proyek percontohan yang dapat direplikasi.
"Melalui ECO ACT, kami memastikan pelaku usaha memahami dan menjalankan standar lingkungan agar operasional tidak menambah beban pencemaran Jakarta," ujar dia.
Sementara itu, Kapokja Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah B3, Ditjen Pengurangan Sampah dan Ekonomi Sirkular KLH Wisti Noviani Adnin mengungkapkan bahwa UMKM kuliner di Jakarta menghasilkan lebih dari 500 ton sampah per hari.
Dia menekankan perlunya pemilahan dan pengolahan sampah langsung dari sumbernya. "Pelaku usaha harus memilah sampah sejak di dapur. Kolaborasi dengan penyedia layanan pengelolaan sampah seperti peternakan, asosiasi maggot atau komposter sangat penting agar sampah organik tidak lagi berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA)," katanya.
BACA JUGA:Kisah Bapmericano, Menu Nasi Campur Kopi yang Viral di Korea
Di sisi lain, Founder Bahasa Bisnis Edhy Surbakty menyoroti pentingnya pengurangan sisa makanan (food waste) sebagai kunci bisnis kuliner berkelanjutan.
Ia menyarankan pelaku usaha melakukan pencatatan sisa makanan di tiga titik kritis yaitu persiapan dapur (prep), sisa makanan di piring (plate waste) dan bahan kedaluwarsa di penyimpanan (storage).
"Sediakan pilihan porsi kecil, regular dan besar, serta evaluasi menu yang jarang dipesan. Bekerja samalah dengan bank sampah, pegiat maggot atau komposter untuk mengolah sisa makanan," ujarnya.
Edhy juga menekankan pentingnya edukasi keberlanjutan melalui komunikasi dan kemasan.