Begini Cara Mencegah Demensia Berdasarkan Studi Ilmiah

Lanjut usia alias Lansia, terutama setelah usia 65 tahun, sering mengalami penurunan kognitif yang dapat mengarah pada gejala demensia.-Makansedap.id-Universitas Airlangga
JAKARTA, Makansedap.id – Lanjut usia alias Lansia, terutama setelah usia 65 tahun, sering mengalami penurunan kognitif yang dapat mengarah pada gejala demensia.
Namun, bahkan tanpa diagnosis resmi, penurunan kognitif sering terjadi seiring bertambahnya usia. Baik karena takut mengalami penurunan kognitif atau menyadari adanya masalah memori, terkadang dorongan kognitif dapat membantu.
Menurut artikel yang diterbitkan di PsyPost yang dikutip dari The Hindustan Times dan dibaca Makansedap.id, Senin, 7 April 2025, walaupun demensia sering muncul seiring bertambahnya usia, kebiasaan perilaku sepanjang masa dewasa dapat membantu mencegah atau menunda dampaknya.
Beberapa kebiasaan sehat yang dapat diterapkan meliputi berhenti merokok dan menjaga tekanan darah tetap stabil.
BACA JUGA:Hindari Gangguan Saraf, Jalani Lima Pola Hidup Sehat Ini
Selain mempertahankan kebiasaan sehat ini, banyak orang juga mulai menggunakan permainan pelatihan otak.
Pembuat permainan ini mengklaim permainan tersebut dapat membantu mencegah demensia sekaligus meningkatkan IQ.
Permainan pelatihan otak dirancang untuk meningkatkan kecerdasan dan kemampuan berpikir cepat, dengan klaim manfaatnya juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa permainan dirancang untuk melatih kemampuan berpikir cepat, perhatian tingkat tinggi, dan fleksibilitas mental yang disebut sebagai fungsi eksekutif.
BACA JUGA:Cermati Gejala Kelainan Genetik Alkaptonuria
Namun, sering kali keterampilan yang dipelajari melalui permainan ini tidak selalu dapat diterapkan dalam kehidupan nyata, sehingga efeknya bersifat sementara.
Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam Sage Journal, sekelompok peserta diminta untuk mencoba aktivitas baru seperti fotografi digital atau quilting.
Sementara itu, kelompok lain diminta melakukan aktivitas yang melibatkan sedikit pembelajaran aktif seperti bepergian atau memasak, atau aktivitas soliter seperti mengisi teka-teki silang, mendengarkan musik, atau menonton film klasik.
Setelah dinilai, ditemukan bahwa aktivitas baru dan menantang memberikan peningkatan yang lebih signifikan pada memori, kecepatan pemrosesan, dan kemampuan penalaran peserta.