Laksa Tangerang, Akulturasi Sejarah Tionghoa di Indonesia

Laksa Tangerang, Akulturasi Sejarah Tionghoa di Indonesia

Laksa Tangerang menjadi bukti akulturasi sejarah Tionghoa di Indonesia. Laksa Tangerang merupakan salah satu kuliner Indonesia yang memiliki pengaruh kuat Budaya Tionghoa.-Makansedap.id-Pergikuliner

JAKARTA, Makansedap.idLaksa Tangerang menjadi bukti akulturasi sejarah Tionghoa di Indonesia. Laksa Tangerang merupakan salah satu kuliner Indonesia yang memiliki pengaruh kuat Budaya Tionghoa.

Akulturasi sejarah Tionghoa di Indonesia adalah proses percampuran budaya antara masyarakat Tionghoa dan masyarakat Indonesia sehingga menghasilkan bentuk-bentuk budaya baru yang unik, termasuk kuliner. 

Akulturasi ini terlihat dalam berbagai aspek kehidupan, seperti bangunan, makanan, bahasa, seni, dan tradisi.

Tangerang dikenal sebagai salah satu wilayah yang memiliki populasi etnis Tionghoa yang cukup signifikan sejak zaman kolonial Belanda. Hingga saat ini, komunitas mereka dikenal dengan nama Tionghoa Benteng. 

BACA JUGA:Ini Kisah Inspiratif Soto Mie Bogor Pakde Kopral Sektor 9 

Seperti dilansir Antaranews.com yang dibaca Makansedap.id, Kamis, 3 Juli 2025, laksa Tangerang diyakini sebagai hasil dari perpaduan budaya kuliner Tionghoa dengan lokal Betawi dan Sunda

Kata laksa sendiri dipercaya berasal dari Bahasa Sanskertalaksha yang berarti banyak, merujuk pada banyaknya bahan dan rempah yang digunakan.

Seperti dilansir dari situs indonesia.go.id, pada 1970-an, laksa mulai populer setelah banyak pedagang keliling Kota Tangerang. 

Mereka menjual Laksa dengan berkeliling dari kampung ke kampung. Namun seiring berkembangnya zaman, laksa mulai tergeser oleh jenis makanan lain yang cepat dimasak, cepat dijual, dan mungkin lebih murah alias makanan cepat saji. Sehingga, pada saat itu, jejak makanan laksa mulai menghilang dalam kurun waktu 20 tahun.

BACA JUGA:Nasi Uduk Betawi Bang Pejun, Rekomendasi Kuliner Anak Tangsel

Laksa Tangerang yang populer mendapat perhatian khusus dari pemerintah setempat. Pemerintah Kota Tangerang memfasilitasi penjual laksa dengan menyediakan bangunan pondok yang terbuat dari bambu dan beratap jerami di Jalan Mohamad Yamin, Kota Tangerang. 

Lokasi ini bernama Kawasan Kuliner Laksa Tangerang dan terdapat tujuh warung yang menjajakan laksa racikan mereka di sini dan beberapa dari mereka buka 24 jam.

Namun, pada 2000, makanan ini kembali muncul di banyak tempat. Apalagi setelah keberadaannya ternyata mulai mendapat tempat di hati masyarakat. Bukan itu saja, bahkan Pemerintah Kota Tangerang juga memberikan dukungannya sampai saat ini.

Para pengunjung yang menyambangi kawasan tersebut dapat memesan laksa berbeda rasa di warung-warung yang tersedia, di antaranya satu porsi laksa ayam kampung seharga Rp 25.000 dan satu porsi laksa telur seharga Rp 15.000.