Kisah Kopi Terbaik Sumatera Utara yang Disangka Produk Luar Negeri

Kisah Kopi Terbaik Sumatera Utara yang Disangka Produk Luar Negeri

Kopi dari Sumatera Utara menawarkan profil rasa yang lebih bersih, kompleks, dan terang.-Makansedap.id-Gokomodo

Dari Lahan Kecil ke Pasar Dunia

Dahulu, kopi dari Sumatera Utara lebih sering dikirim dalam bentuk campuran (blend) oleh eksportir besar. Jejak asalnya pun kerap hilang di pasar global. Namun, situasi mulai berubah sejak 2020.

BACA JUGA:Hokben Masuk Daftar Restoran Terpopuler di Asia Tenggara 2025

Seorang eksportir muda asal Medan, Rinaldi Simarmata, mulai bekerja sama langsung dengan koperasi petani. Dia memfokuskan diri pada kopi single origin dari Sumatera Utara yang memiliki skor cupping tinggi (87 ke atas).

“Dunia sudah bosan dengan kopi generik. Mereka ingin kopi dengan cerita, dengan asal-usul yang jelas,” ujar Rinaldi.

Kopi dari Lintong yang dia ekspor kini sudah masuk ke kafe-kafe spesialis di Tokyo, Melbourne, hingga Berlin.

Kini, nama Lintong, Dolok Sanggul, dan Siborongborong mulai terdengar di antara pencinta kopi dunia. Tak sedikit buyer yang rela melakukan pre-order sejak awal musim panen.

BACA JUGA:Begini Cara Program SCG Asik Cegah Stunting di Kabupaten Sukabumi

Kopi dari Sumatera Utara memiliki beberapa pengakuan penting, yaitu masuk dalam daftar Top 10 Coffees of Asia versi majalah Coffee Review. Kopi Sumatera Utara digunakan oleh barista finalis World Brewers Cup 2024.

Bahkan, kopi dari Sumatera Utara mendapat skor 88.25 dalam uji rasa blind cupping di Seoul. Selain itu, beberapa petani sudah mulai bereksperimen dengan metode fermentasi anaerobik dan natural process yang lebih ramah lingkungan dan menghasilkan rasa lebih eksotis.

Masa Depan Kopi Sumatera Utara

Peningkatan kualitas kopi dari Sumatera Utara bukan hanya soal rasa, tapi juga identitas. Petani lokal kini merasa bangga dengan apa yang mereka hasilkan. Mereka melihat bahwa dunia mulai menghargai kerja keras yang dulu tersembunyi di balik nama besar kopi internasional.

“Dulu kopi kami hanya dicampur, tidak ada nama. Sekarang kami kirim langsung, dengan nama desa kami,” kata Pak Tigor, petani dari Lintong.

BACA JUGA:Konektivitas Internasional Perkuat Aksesibilitas Labuan Bajo bagi Wisatawan Global

Dengan dukungan teknologi, akses pasar langsung, dan generasi muda yang mulai tertarik mengelola kebun kopi, masa depan kopi Sumatera Utara tampaknya cerah. Dan siapa sangka, kopi yang dulu dianggap asing, justru tumbuh subur di tanah sendiri.