Lima Tips Menghentikan Kebiasaan Buruk Doom Spending, Ini Caranya

Lima Tips Menghentikan Kebiasaan Buruk Doom Spending, Ini Caranya

Pentingnya menekankan soal disiplin perencanaan keuangan, seperti menabung dan tips supaya terhindar dari perilaku doom spending.-Makansedap.id-SoFi

BACA JUGA: Saksikan Replika Mobil F1 Mercedes AMG F1 W14, Lego Group Berikan Tantangan untuk Warga Indonesia

Menyiapkan dana darurat untuk keperluan darurat saat tidak memungkinkan bagi kita untuk mencairkan investasi atau mendapatkan pinjaman. Misalnya untuk perbaikan mobil, renovasi rumah, memperbaiki barang rusak, dan lainnya.

Keempat, miliki asuransi kesehatan dan asuransi jiwa. Asuransi jiwa dan asuransi kesehatan adalah strategi efektif untuk mengelola risiko finansial yang dapat terjadi pada masa depan. 

Asuransi kesehatan bermanfaat melindungi kondisi finansial dari  ketidakpastian biaya medis dan asuransi jiwa menyediakan Uang Pertanggungan yang dapat digunakan oleh anggota keluarga ahli waris untuk melanjutkan hidup jika terjadi risiko kematian atau kecelakaan.

Tidak Skeptis

Fandi Murdani menyarankan agar generasi muda tidak skeptis pada asuransi. Selama kondisi kesehatan masih prima, usia masih produktif, dan menjawab pertanyaan saat mengisi Surat Permintaan Asuransi (SPA) dengan benar maka asuransi menjadi strategi finansial untuk mempersiapkan dan mengurangi dampak ancaman kelangsungan hidup.

BACA JUGA:Misi Budaya ke Luar Negeri, Ini Empat Negara Tujuan Karsa Seni Indonesia

Kelima, berinvestasi membantu mencapai tujuan keuangan. Daripada menghabiskan uang untuk doom spending. Ada baiknya generasi muda belajar berinvestasi di jalur formal yang berizin dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Investasi bermanfaat untuk memperkuat kemandirian finansial, menjaga nilai aset dari inflasi, dan membantu tersedianya dana untuk keperluan masa depan

“Bisa mulai  berinvestasi di deposito dan reksa dana. Seiring pengetahuan investasi dan dana bertambah, Anda dapat mencoba peluang berinvestasi di obligasi dan saham dengan menyesuaikan dengan profil risiko investasi masing-masing,” jelas Fandi Murdani.