Aroma Kenangan dalam Semangkuk Soto Betawi Bang Joe

Aroma Kenangan dalam Semangkuk Soto Betawi Bang Joe

Konsep sinergi diterapkan oleh Eko S Hilman, pemilik Ngopi di Halaman dan Mansyuri, pemilik Soto Betawi Bang Joe yang berada di Jalan Pulo Kamboja Raya , Kemandoran, Jakarta Selatan.-Makansedap.id-Rio Winto

JAKARTA, Makansedap.id - Di sebuah sudut Jakarta Selatan, tepatnya di Jalan Pulo Kamboja Raya, Kemandoran, aroma harum rempah menggoda setiap orang yang melintas. 

Asap tipis dari panci besar menari di udara, membawa kenangan masa lalu dalam setiap hirupan. Di sanalah, di sebuah warung sederhana yang berkolaborasi dengan kedai kopi Ngopi di Halaman, seorang pria paruh baya bernama Mansyuri atau yang lebih akrab disapa Bang Joe, meracik semangkuk Soto Betawi yang tak sekadar mengenyangkan, tapi juga membangkitkan rasa rindu pada rumah dan masa kecil.

Bang Joe, 64 tahun, bukan sekadar penjual soto. Dia adalah penjaga rasa, pewaris cerita. Lahir di Kemanggisan, Jakarta Barat, 15 September 1964, kecintaannya pada dunia kuliner sudah tumbuh sejak dia masih duduk di bangku sekolah dasar.

"Sejak kecil, saya sudah terbiasa membantu Ibu di dapur. Kadang disuruh angin-anginkan nasi panas di dandang, kadang nyopot kepala ikan teri basah," kenang Bang Joe, dengan senyum tipis yang sarat makna.

BACA JUGA:Ketika Kopi dan Soto Berjumpa, Sinergi di Sudut Jakarta

Dari rutinitas kecil itulah, tangan Bang Joe mulai terlatih. Bukan hanya soal teknik memasak, tapi juga kesabaran dan ketelatenan. Dua bumbu rahasia yang tak bisa dibeli di pasar mana pun.

Setelah puluhan tahun berkutat dengan dunia masak, takdir mempertemukannya kembali dengan sahabat masa kecilnya, Eko S Hilman. Bersama Eko S Hilman, pemilik kedai kopi, Ngopi di Halaman, Bang Joe akhirnya membuka usaha Soto Betawi Bang Joe delapan bulan yang lalu. Sebuah kolaborasi antara hangatnya kopi dan kuah soto yang gurih menggoda.

Proses Puluhan Tahun

Namun, bukan Soto Betawi biasa yang disajikan di sana. Resep yang digunakan Bang Joe adalah hasil puluhan tahun pencarian rasa terbaik. Kuahnya menjadi jantung dari semua bumbu. 

Diracik dari sereh, lada, biji pala, kayu manis, cabai, lengkuas, jahe, kemiri, dan sedikit kunyit. Semua bumbu ini diracik sendiri, dibeli dari para tukang bumbu langganan di Pasar Palmerah dan Pasar Kebayoran Lama.

BACA JUGA:Kuliner Jin Ting Wan, Bukti Kepiawaian Menjaga Tradisi dan Keberanian Berinovasi

Berbeda dari kebanyakan Soto Betawi yang menggunakan santan kental atau bahkan susu, kuah racikan Bang Joe hanya menggunakan santan encer. 

“Saya ingin kuahnya terasa ringan, tapi tetap kaya rasa. Tidak bikin enek. Ini soal keseimbangan,” ucap Bang Joe penuh keyakinan.

Proses memasaknya adalah ritual yang nyaris sakral. Setelah semua bumbu dimasak menjadi kuah, ia menambahkan daging dan tulang untuk kaldu.