Alasan 54% Konsumen Asia Pasifik Sangat Menyukai Tekstur Baru dan Unik pada Makanan

Sebanyak 54% konsumen Asia Pasifik sangat menyukai tekstur baru atau unik pada produk makanan, jauh lebih besar dari tren di Eropa (37%), membuat kerenyahan (crunch) berubah dari sekadar tren menjadi kebutuhan utama. -Makansedap.id-YouTube
SINGAPURA, Makansedap.id - Asia Pasifik menjadi pusat inovasi makanan di pasar global yang kini berorientasi pada tekstur. Hal ini menjadi temuan baru dari sebuah riset yang diterbitkan Kerry, pemimpin pasar pasar solusi cita rasa makanan dan nutrisi di dunia.
Menurut riset ini, sebanyak 54% konsumen Asia Pasifik sangat menyukai tekstur baru atau unik pada produk makanan, jauh lebih besar dari tren di Eropa (37%), membuat kerenyahan (crunch) berubah dari sekadar tren menjadi kebutuhan utama di pasar daging kawasan ini.
Asia merupakan kawasan yang memiliki warisan budaya kuliner yang beraneka ragam. Di kawasan tersebut, tekstur makanan kini menjadi faktor penting yang menentukan keunggulan produk makanan.
Tekstur yang renyah dan garing berada dalam daftar lima besar klaim yang diusung pihak produsen ketika meluncurkan produk makanan berbahan daging dan unggas di Asia. Tren ini mencerminkan pesatnya permintaan produk makanan yang multisensoris.
BACA JUGA:Bagian dari Diplomasi, Menekraf Dukung Ekspansi Kuliner Indonesia Go Global
"Tekstur bukan lagi sekadar pelengkap, namun unsur utama dari kepuasan konsumen," ujar Dimitrios Tzouvelekis, General Manager, Meat Technology, Kerry Asia Pasifik.
"Tekstur renyah menghasilkan kepuasan sekaligus kenikmatan saat mengonsumsi makanan. Dengan demikian, hal tersebut menjadi salah satu elemen yang paling menentukan inovasi di pasar saat ini," tambah dia seperti dilansir Antaranews.com yang dibaca Makansedap.id, Kamis, 2 Oktober 2025.
Di Asia Pasifik, lapisan dan tekstur daging kembali digemari konsumen. Meski format makanan konvensional seperti tepung roti dan adonan goreng masih populer, banyak eksperimen dengan teknik glasir, saus, potongan, dan taburan pada produk makanan.
Inovasi tersebut tidak sekadar menambah kerenyahan, melainkan juga daya tarik visual pada produk makanan. Sejumlah teknik lapisan makanan, seperti predusts, batters, dan breaders, mengalami perubahan agar kerenyahan bertahan lebih lama, dari dapur hingga ke konsumen.
BACA JUGA:Toko Sayang Mama Tawarkan Kopi Manis Bebas Gula
Tren Baru
Selera masyarakat akan pengalaman sensoris yang berlapis-lapis mendasari kombinasi cita rasa dan tekstur makanan. Dari teknik glasir miso pedas khas Jepang hingga ayam goreng bumbu mala ala Tiongkok, perpaduan cita rasa kuat dengan tekstur yang memuaskan lidah kini mendorong pertumbuhan pesat.
Dalam Kerry 2025 Taste Charts, saus madu pedas dan glasir lada menjadi tren baru, menghasilkan lapisan lengket yang memperkuat lapisan garing pada produk makanan. Taburan rumput laut juga sedang muncul sebagai tren, menambah kekayaan umami sekaligus tampilan menarik. Hal ini sejalan dengan budaya kuliner hyper visual di Asia Pasifik.
Restoran cepat saji (RCS) banyak mengambil inspirasi dari gerai jajanan kaki lima untuk menghadirkan sensasi renyah pada produk makanan.