Pengelolaan Sampah Fondasi Destinasi Wisata Lestari, Ini Argumentasi Kemenpar

Wakil Menteri Kementerian Pariwisata, Ni Luh Puspa-Makansedap.id-Beautynesia.jpg
BACA JUGA:Dampak Positif Konsumsi Camilan Sehat, Ini Penjelasannya
Hal ini dilakukan sebagai upaya menjaga dan mengurangi tercemarnya destinasi dengan sampah plastik.
Muhammad Yusuf Sihotang mengungkapkan, mulanya sampah plastik dikumpulkan dari sejumlah desa, kemudian dipilah sesuai dengan jenis plastiknya, setelah itu dicacah menggunakan mesin pencacah untuk memudahkan proses pengolahan sampah melalui tabung reaktor.
"Dicacah dihancurkan sampai berukuran kecil. Kemudian diproses di tabung reaktor yang bisa muat kapasitas sebanyak 20 kilogram," kata Muhammad Yusuf Sihotang.
Hingga kini, Desa Wisata Hariara Pohan sudah mandiri dalam memproses sampah plastiknya. Yusuf mencatat hingga kini desanya sudah mengelola sampah hampir 7.000 kg dengan jumlah solar yang sudah dihasilkan mencapai lebih dari 200 liter.
BACA JUGA:Sejumlah Makanan Tempo Dulu Ramaikan Festival Kuliner di Solo
Menurut Muhammad Yusuf Sihotang, hasil solar ini dirasakan secara langsung manfaatnya oleh masyarakat utamanya kelompok tani.
Jumlah solar yang dihasilkan juga tergantung dengan jenis plastiknya. Biasanya untuk jenis plastik minuman gelasan dengan sebanyak 20 kg dapat menghasilkan hingga 24 liter. Sementara, untuk sampah plastik jenis kantong plastik, hanya menghasilkan 18 liter.
"Untuk bisa menghasilkan solar, proses yang berlangsung melalui tabung reaktor memakan waktu 6 hingga 8 jam untuk bisa menyentuh 300 derajat Celcius agar dapat berubah menjadi solar. Ketika suhu turun di angka 270, itu bukan solar lagi melainkan minyak tanah," ujar Muhammad Yusuf Sihotang.