Ngeri, Penyakit Menular Bebani Sistem Layanan Kesehatan di Asia Tenggara

GFF 2025 merupakan sebuah program kolaboratif lintas negara dan sektor yang mempertemukan pemimpin muda ASEAN dari berbagai latar belakang untuk memperkuat fondasi kebijakan dan inovasi di sektor kesehatan digital.-Makansedap.id-Pijar Foundation
JAKARTA, Makansedap.id - Tantangan kesehatan di Asia Tenggara semakin kompleks. Tak hanya dari penyakit menular yang terus berevolusi, tapi juga dari lonjakan penyakit tidak menular yang membebani sistem layanan kesehatan.
Di sisi lain, ketimpangan akses, minimnya layanan yang inklusif dan akurat, serta kesenjangan teknologi memperlemah ketahanan kolektif kawasan. Untuk menjawab tantangan ini, transformasi sistem kesehatan yang lebih tangguh, terintegrasi, dan berbasis digital diperlukan.
Saat ini, ASEAN sedang menyusun Visi Pasca 2025, salah satu pilarnya adalah penguatan ketahanan kesehatan kawasan. Pijar Foundation meluncurkan Global Future Fellows (GFF) 2025: Powering ASEAN’s Digital Health Future untuk mendukung proses penyusunan visi tersebut.
GFF 2025 merupakan sebuah program kolaboratif lintas negara dan sektor yang mempertemukan pemimpin muda ASEAN dari berbagai latar belakang untuk memperkuat fondasi kebijakan dan inovasi di sektor kesehatan digital.
BACA JUGA:Ini Rekomendasi Ahli Gizi untuk Camilan Sehat Malam Hari
Program ini akan berlangsung hingga Oktober 2025 dan mencakup learning journey di tiga negara ASEAN serta pembekalan dari para pakar dan praktisi kesehatan digital terkemuka di kawasan. Indonesia menjadi lokasi kunjungan pertama, dilaksanakan pada 28–30 April 2025.
Selama di Indonesia, para peserta mengunjungi sejumlah institusi penting, termasuk Kementerian Luar Negeri RI, Kementerian Kesehatan RI, ASEAN BioDiaspora Virtual Centre (ABVC), dan Asosiasi Telemedik Indonesia (Atensi).
Dalam kunjungan ini, para Fellows mendalami berbagai aspek transformasi sistem kesehatan Indonesia, mulai dari inisiatif Satu Sehat, penguatan ekosistem telemedisin, hingga tata kelola data kesehatan yang terintegrasi dan responsif.
“Program ini menjadi ruang kolaboratif yang diperlukan ASEAN sebagai sebuah One Community. Melalui GFF, suara pemimpin muda ASEAN dapat berkontribusi langsung dalam pembentukan arah kebijakan regional di sektor kesehatan digital,” jelas Cazadira F Tamzil, Direktur Eksekutif Pijar Foundation dalam keterangan resmi yang diterima Makansedap.id, Senin, 5 Mei 2025.
BACA JUGA:Dampak Positif Konsumsi Camilan Sehat, Ini Penjelasannya
GFF, kata Cazadira F Tamzil, memberikan kesempatan kepada para pemimpin muda ASEAN untuk memahami ekosistem kesehatan digital Indonesia secara menyeluruh dan komprehensif, sekaligus menjalin koneksi strategis lintas negara.
Dalam pembukaan diskusi dengan Kementerian Kesehatan, Setiaji, Staf Ahli Menteri Kesehatan RI Bidang Teknologi Kesehatan, menekankan pentingnya pemahaman holistic dalam menyusun strategi kesehatan digital di tingkat regional.
Sementara itu, Kepala Pusat Pengembangan Kompetensi ASN Kementerian Kesehatan RI menyampaikan GFF membuka peluang kolaborasi pengembangan talenta kesehatan digital antara Indonesia dan negara-negara ASEAN. Kemitraan dengan Pijar Foundation dalam program ini diharapkan dapat menjadi contoh praktik baik yang diperluas ke berbagai negara di kawasan.
“Karakteristik peserta GFF dari berbagai latar belakang budaya, profesi, dan keahlian, kiranya dapat memberikan perspektif menyeluruh dan berkontribusi bagi ASEAN, khususnya dalam momentum implementasi dan monitoring ASEAN Community Vision 2045 dan penyusunan ASEAN Health Development Agenda,” kata Yuliana Bahar, Direktur Kerja Sama Sosial budaya ASEAN dalam Dialog dengan Kementerian Luar Negeri.