76 Hari Terombang-Ambing di Lautan, Kisah Steven Callahan Bertahan Hidup

Pengalaman Steven Callahan adalah bukti bahwa manusia bisa bertahan dalam situasi tergelap sekalipun, asalkan tidak menyerah.-Makansedap.id-Reddit
JAKARTA, Makansedap.id - Langit tak selalu biru bagi Steven Callahan. Pada 1981, dia mengalami sesuatu yang akan mengubah hidupnya selamanya. Sebuah pengalaman pahit yang menorehkan luka, sekaligus memberikan pelajaran paling mendalam tentang arti bertahan hidup.
Steven Callahan, pria kelahiran 6 Februari 1952, bukanlah orang biasa. Dia adalah penulis, arsitek angkatan laut, penemu, dan pelaut asal Amerika Serikat.
Seperti dilansir dari sailingeurope.com yang dibaca Makansedap.id, Minggu, 27 Juli 2025, Steven Callahan mencintai laut seperti mencintai hidup itu sendiri. Namun siapa sangka, lautan yang begitu dia kagumi justru hampir merenggut nyawanya.
Pelayaran solo dari Kepulauan Canary menuju Karibia yang awalnya penuh semangat berubah menjadi mimpi buruk. Kapal layarnya, Napoleon Solo, dihantam badai hebat di tengah Samudra Atlantik.
Dalam hitungan menit, kapal itu tenggelam. Tak ada waktu untuk berpikir. Tak ada pilihan lain selain melompat ke dalam sekoci karet kecil, membawa sedikit makanan, air, dan alat darurat seadanya.
Dan di sanalah, dia memulai pengalaman 76 hari terlama dalam hidupnya. Sendirian, terombang-ambing di samudera luas yang sunyi dan tanpa belas kasihan.
Siang hari menjadi siksaan dengan terik matahari yang membakar kulitnya hingga melepuh. Malam membawa hawa dingin yang menusuk tulang, diiringi rasa lapar yang perlahan melumpuhkan tubuhnya.
Hiu-hiu ganas itu kerap muncul di sekeliling sekoci, membuat malam-malamnya mencekam dan penuh kecemasan. Setiap suara air, setiap riak ombak bisa berarti ancaman baru. Tapi justru dalam kesunyian yang menyakitkan itulah, semangat hidup Steven Callahan diuji.
Pantang Menyerah.
Dengan alat seadanya, Steven Callahan merancang sistem penyaring air dari perlengkapan survival, membuat tombak untuk menangkap ikan mahi-mahi, ikan picu, bahkan burung laut yang sesekali singgah. Tangannya terluka, tubuhnya dipenuhi luka terbuka, tapi pikirannya tetap terjaga.
“Selama aku bisa berpikir, aku bisa bertahan,” tulis Steven Callahan dalam buku catatan kecil, satu-satunya teman dalam keterasingan.
Hari demi hari berlalu, tanpa kepastian, tanpa harapan yang nyata. Tidak ada kapal lewat. Tidak ada sinyal. Hanya kesendirian yang terus menggigit perlahan.
Namun pada hari ke-76, saat tubuhnya nyaris habis dan semangatnya menipis, keajaiban datang. Beberapa nelayan di lepas pantai Pulau Marie Galante menemukannya. Ia kurus, lemah, dan hampir tak mampu berdiri, tapi dia hidup.
Dibawa ke rumah sakit dan kemudian dipulihkan di pulau itu, Steven Callahan akhirnya kembali pulang, membawa cerita luar biasa tentang ketahanan jiwa manusia.