Kisah Bruce Lee, Jejak Air di Antara Tao of Jeet Kune Do dan Panggung Dunia

Kisah Bruce Lee, Jejak Air di Antara Tao of Jeet Kune Do dan Panggung Dunia

Bruce Lee alias The Little Dragon, tak lahir dari kemewahan, tapi dari semangat yang membara, dari ketukan nadi yang berirama dengan keberanian.-Makansedap.id-blackbeltmag.com

JAKARTA, Makansedap.id - Di antara kelahiran dan kematian, terkadang Tuhan menulis seorang manusia sebagai legenda. Bruce Lee alias The Little Dragon, tak lahir dari kemewahan, tapi dari semangat yang membara, dari ketukan nadi yang berirama dengan keberanian. 

Seperti dilansir dari blackbeltmag.com yang dibaca Makansedap.id, Kamis, 24 Juli 2025, nama Bruce Lee atau lebih dahulu dikenal sebagai Lee Jun Fan, lahir pada 27 November 1940, saat dunia masih gemetar oleh perang dan harapan.

Dibesarkan di jalan-jalan sempit Hong Kong, di mana kekerasan menjadi makanan sehari-hari, Bruce Lee bukan hanya tumbuh. Dia meledak. Pada usia remaja, dia belajar Wing Chun di bawah bimbingan master legendaris, Yip Man. Namun bagi Bruce Lee, seni bela diri bukan sekadar teknik memukul dan menangkis, itu adalah filosofi hidup.

Ke Amerika Serikat, Bruce Lee melangkah, bukan dengan tangan kosong, tapi dengan impian besar dan keyakinan kuat. Di University of Washington, dia belajar, mengajar, dan merangkai visi, membentuk bela diri menjadi jalan untuk menemukan diri. 

BACA JUGA:Kisah Single Mom Dian Puspa Sari, Jadi Sopir Taksi Hidupi Tujuh Anak

Dari sanalah lahir Jeet Kune Do, bukan sekadar aliran, tapi cermin dari jiwanya, bebas, tanpa bentuk, seperti air. 

Be like water,” kata Bruce Lee. Kata-kata itu mengalir jauh melampaui ring pertarungan.

Hollywood pada masa itu menutup pintunya bagi aktor Asia. Tapi Bruce Lee tak mengetuk. Dia mendobrak. Lewat film seperti The Big Boss, Fist of Fury, hingga Enter the Dragon, dia menampilkan kekuatan, ketegasan, dan martabat seorang Asia yang terlalu lama diabaikan kamera. 

Bruce Lee bukan hanya sekadar bertarung. Dia melawan stereotip. Namun, takdir mempunyai cara mencuri bintang saat cahayanya paling terang. Pada 20 Juli 1973, di usia 32 tahun, Bruce Lee meninggal dunia secara tragis akibat edema serebral atau pembengkakan otak

BACA JUGA:Prawn Paella Sang Maestro, Sebuah Simfoni Rasa dari Dapur Odin

Kematian Bruce Lee disebabkan oleh edema serebral yang diakibatkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap obat pereda nyeri bernama Equagesic. Obat ini mengandung meprobamate yang bisa memicu reaksi alergi pada beberapa orang, termasuk Bruce Lee, yang menyebabkan pembengkakan otak dan akhirnya kematian.

Dunia pun terdiam. Tapi, warisan itu tak pernah mati. Bruce Lee meninggalkan bukan hanya soal film dan teknik bertarung, tapi warisan pemikiran tentang disiplin, ketekunan, dan keberanian menjadi diri sendiri. Dalam buku Tao of Jeet Kune Do, kita masih bisa mendengar suaranya, lantang, jujur, dan tak gentar.

Bruce Lee telah pergi, tapi seperti air. Dia menyusup ke dalam setiap celah kehidupan. Dia tak bisa dihancurkan. Sebab, dia telah menjadi sesuatu yang lebih besar dari daging dan darah, dia menjadi legenda.