Cara Mengatasi Sindrom Patah Hati, Terapi dan Olahraga?

Cara Mengatasi Sindrom Patah Hati, Terapi dan Olahraga?

Pasien dengan sindrom patah hati dapat mengalami gejala mirip serangan jantung -Makansedap.id-HubPages

JAKARTA, Makansedap.id - Kardiomiopati takotsubo yang juga dikenal dengan sebutan sindrom patah hati, menyebabkan otot jantung berubah bentuk dan tiba-tiba melemah.

Menurut siaran The Guardian yang dibaca Makansedap.id, Minggu, 7 September 2025, kondisi ini biasanya dipicu oleh stres emosional atau fisik parah, antara lain akibat kehilangan orang yang dicintai.

Pasien dengan sindrom patah hati dapat mengalami gejala mirip serangan jantung dan menghadapi risiko kematian dini dua kali lipat dari populasi umum.

"Sindrom takotsubo dapat menjadi kondisi menghancurkan yang dapat memengaruhi Anda pada saat yang sangat rentan jika dipicu oleh peristiwa kehidupan besar," kata Dr Sonya Babu Narayan, direktur klinis di British Heart Foundation yang mendanai studi mengenai penanganan sindrom patah hati.

BACA JUGA:Kurangi Risiko Sakit Jantung dan Merawat Kesehatan Usus, Rajin Makan Serat

Kardiomiopati takotsubo belum ada obatnya. Namun, uji coba terkontrol acak yang untuk kali pertama dilakukan pada pasien sindrom patah hati menunjukkan terapi perilaku kognitif atau program latihan pemulihan jantung bisa membantu pemulihan pasien.

Menurut hasil uji coba, terapi perilaku kognitif khusus atau program latihan pemulihan jantung yang melibatkan berenang, bersepeda, dan aerobik bisa membantu pemulihan jantung pasien dengan sindrom patah hati.

Dosen klinis kardiologi dari University of Aberdeen, Dr David Gamble, menyampaikan ada efek serius pada jantung yang mungkin tidak bisa kembali normal pada sindrom takotsubo.

"Pasien dapat terpengaruh selama sisa hidup mereka dan bahwa kesehatan jantung jangka panjang mereka mirip dengan orang-orang yang selamat dari serangan jantung," kata dia saat mempresentasikan hasil penelitian di kongres tahunan European Society of Cardiology di Madrid.

BACA JUGA:8 Alasan Buah Bit Layak Dikonsumsi untuk Kesehatan Tubuh

Penelitian mengenai penanganan sindrom patah hati melibatkan 76 pasien dengan kardiomiopati takotsubo, 91% di antaranya adalah perempuan, dengan rata-rata usia 66 tahun.

Terapi Perilaku Kognitif 

Pasien dibagi secara acak lalu diminta menjalani terapi perilaku kognitif atau Cognitive Behavioral Therapy (CBT), program olahraga, atau perawatan standar.

Semua pasien mendapat semua perawatan dan pengobatan lain yang direkomendasikan oleh ahli jantung.