Memahami Filosofi Sayuran Tujuh Rupa Jit Cay

Memahami Filosofi Sayuran Tujuh Rupa Jit Cay

sayur tujuh rupa atau biasa disebut Jit Cay.-Makansedap.id-Sylvia Wijoso

JAKARTA, Makansedap.id – Tujuh hari setelah perayaan Tahun Baru Imlek ternyata masih ada tradisi kuliner yang harus dijalani. Tradisi itu adalah mengonsumsi sayur tujuh rupa atau biasa disebut Jit Cay

Menurut Budaya Tiongkok kuno, filosofi Jit Cay adalah manusia diciptakan pada hari ketujuh. 

“Pada hari ketujuh, warga keturunan Tionghoa wajib untuk makan sayur tujuh rupa atau Jit Cay dalam bersama keluarga. Hari ketujuh ini dinamakan Hari Ren Ri atau Hari Manusia,” ujar Sylvia Wijoso, pemilik Vis Kitchen, kepada Makansedap.id, Selasa, 4 Februari 2025.

Sayur tujuh rupa atau Jit Cay itu, kata Sylvia Wijoso, terdiri atas daun bawang bakung atau Suan Cai (green garlic). Filosofinya adalah memiliki perhitungan yang cermat dalam rencana.

BACA JUGA:Rahasia Wajah Tetap Awet Muda, Ini Penjelasannya

Kedua, daun bawang atau Cong Cai (green onion). Filosofinya adalah mempunyai kepandaian dan kemampuan.

Ketiga, seledri atau Qin Cai (celery). Filosofinya adalah rajin, tekun, ulet, giat dan hemat.

Keempat, kucai atau Jiu Cai (chinses leek). Filosofinya memiliki kelanggengan dan keabadian.

Kelima, sawi tanah atau Ji Cai (green mustard). Filosofinya adalah strategis, penuh siasat dan pandangan jauh.

BACA JUGA:Kuliner Legendaris Bakmi Acoi Gak Bikin Boncos

Keenam, selada atau Seng Mai Cai (lectture). Filosofinya adalah sehat, dinamis, dan penuh semangat.

Dan, terakhir adalah sayuran kalian atau Ji Lan Cai (chinese kale). Filosofinya adalah kesinambungan dan kesatuan.

“Jadi, pada hari ketujuh, warga Tionghoa wajib mengonsumsi sayuran tujuh rupa atau Jit Cay dengan filosofi yang lengkap. Semua itu sesuai dengan filosofi masing-masing sayuran itu,” jelas Sylvia Wijoso.

Proses pembuatan Jit Cay, kata Sylvia Wijoso, pun tergolong mudah.