KDM dan Adit Barli, Dua Sosok Pendidik Anak dengan Metode Berbeda

KDM dan Adit Barli, Dua Sosok Pendidik Anak dengan Metode Berbeda

Gubernur Jawa Barat Kang Dedi Mulyadi alias KDM-Makansedap.id-Tinta Hijau

JAKARTA, Makansedap.id - Langkah Gubernur Jawa Barat Kang Dedi Mulyadi alias KDM mengirim anak-anak yang dianggap ‘nakal’ ke barak militer memicu kontroversi. Sebagian menilai ini sebagai tindakan tegas yang diperlukan. Namun tak sedikit, termasuk Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), yang menilai pendekatan ini tidak sejalan dengan prinsip perlindungan anak.

Perdebatan pun mengemuka, apakah tindakan tersebut melukai hak anak? Atau, justeru ini bentuk kepedulian yang dibutuhkan dalam kondisi sosial hari ini?

Di tengah polemik itu, muncul satu pandangan menarik dari Adit Barli, sosok pendidik seni lukis asal Bandung yang juga pendiri Yayasan Bogalakon

Adit Barli bukan pejabat, bukan pula pemilik wewenang formal. Namun kiprahnya dalam membimbing anak-anak, khususnya dari kaum marginal, memberikan sudut pandang lain yang tak kalah penting.

BACA JUGA:Begini Cara Mahasiswa ISBI Bandung Mengabdi lewat Irama Bambu 

Dari sudut pandang keduanya, baik KDM maupun Adit Barli, bisa dilihat mereka adalah dua wajah peduli anak, dengan gaya mendidik yang sama-sama lahir dari niat baik, namun memiliki pendekatan masing-masing.

Langkah KDM mengirim anak-anak nakal ke barak militer, menurutnya, adalah bentuk tanggung jawab moral. Dia tidak ingin melihat anak-anak muda dibiarkan tersesat tanpa arah. Dia mengajak mereka menjalani rutinitas yang disiplin, keras tapi terarah. 

Dalam pernyataannya, KDM menegaskan, ini bukan hukuman, melainkan pembinaan. Dia ingin anak-anak memiliki arah, tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap aturan.

Namun pendekatan ini tak luput dari kritik. KPAI menilai bahwa anak-anak tidak seharusnya dibina melalui pendekatan militeristik, karena dapat berdampak pada kondisi psikologis mereka. Menurut KPAI, anak-anak perlu didampingi secara edukatif dan emosional, bukan dimasukkan ke lingkungan keras.

BACA JUGA:Isyana Sarasvati, Wujud Talenta Indonesia yang Berpengaruh di Kancah Regional.

KDM sendiri merespons kritik itu dengan menegaskan, bahwa yang dia lakukan adalah bentuk intervensi positif. Dalam situasi darurat sosial, ketika banyak anak terpapar lingkungan yang kasar dan tidak aman. 

Hingga dia merasa perlu mengambil langkah cepat dan tegas. Dalam hal ini, KDM menggunakan pendekatan top down, perubahan diarahkan dari atas, dengan otoritas, struktur, dan skema yang jelas.

Sementara itu, Adit Barli tidak langsung mengkritik atau membela. Dia justeru mengajak untuk melihat esensi dari tindakan tersebut, yaitu kesadaran dan kepedulian.

“Yang penting itu niatnya. KDM mungkin menggunakan pendekatan top down yang sistemik, saya lebih memilih bottom up. Tapi kita sama-sama ingin anak-anak punya masa depan,” ujar Adit Barli yang telah lebih dari satu dekade mendampingi anak-anak melalui kegiatan menggambar dan pendidikan berbasis empati.