Kisah Cinta di Olympia Park yang Melahirkan Kuliner Ikonis

Kisah Cinta di Olympia Park yang Melahirkan Kuliner Ikonis

Sejarah lumpia Semarang dimulai pada Abad Ke-19. Berawal dari sebuah kisah cinta yang menjadi fondasi kuliner lintas budaya. -Makansedap.id-PT Sasa Inti

BACA JUGA:Begini Rahasia Singkong Jadi Produk Bernilai Tinggi

Kelahiran Dinasti Lumpia

Kesuksesan Tjoa Thay Joe dan Wasih diteruskan oleh anak-anak mereka. Siem Gwan Sing dan Siem Hwa Noi membuka usaha lumpia mereka di daerah Mataram, sementara Siem Swie Kiem meneruskan bisnis keluarga di Gang Lombok Nomor 11.

Dari sanalah, sebuah dinasti lumpia legendaris di Semarang mulai terbentuk.

Lumpia Gang Lombok, yang kini dikelola oleh generasi keempat Purnomo Husodo atau akrab dipanggil Untung, sering disebut sebagai pelopor dan yang tertua di Kota Semarang. Usianya diperkirakan telah mencapai satu abad lebih.

"Lumpia ini enggak tahu sudah berapa tahun, yang jelas saya generasi keempat. Saya diwarisi bapak, saat bapak sudah berumur 50-an juga. Kalau dihitung dari keluarga pertama sudah satu abad lebih," kata Untung pada 26 Agustus 2025.

BACA JUGA:Etimologi dan Filosofi di Balik Nama dan Bentuk Lumpia

Dia juga membenarkan, lumpia lahir dari kisah cinta Tjoa Thay Joe dan Wasih.

Keunikan Lumpia Gang Lombok terletak pada komitmennya untuk mempertahankan resep autentik yang diciptakan oleh kakek buyutnya. 

Di tengah maraknya inovasi, Lumpia Gang Lombok memilih strategi bisnis yang berfokus pada konsistensi autentisitas sebagai daya tarik utama.

Menurut Vincen Setiawan Husodo, anak laki-laki Untung, mereka sengaja mempertahankan menu autentik.

BACA JUGA:Mawatu, Destinasi Gaya Hidup Modern di Labuan Bajo

"Kalau kita menunya original saja, cuma ada yang goreng atau basah. Kita memang ingin mempertahankan yang original ini, sih," ujarnya saat diwawancarai pada hari yang sama.

Di sisi lain, penjual lumpia legendaris lainnya, seperti Loenpia Mbak Lien dan Lunpia Cik Me Me, telah berinovasi dengan menawarkan varian isian modern yang lebih beragam. Hal itu menunjukkan dua strategi bisnis yang berbeda, tapi, sama-sama berhasil.

Konsistensi autentisitas Lumpia Gang Lombok menjadi nilai jual historis yang menarik para pencinta kuliner puritan, sementara inovasi dari penjual lain menjangkau pasar yang lebih luas dan dinamis. Keberadaan kedua pendekatan itu secara bersamaan menunjukkan bahwa lumpia Semarang memiliki ruang yang cukup untuk tradisi dan modernitas.